Syahadat merupakan hal yang penting dalam islam. Dalam sehari, setidaknya minimal 5 kali dalam sehari kita mengucapkannya. Belum lagi jika kita melakukan sholat sunnah. Akan tetapi, syahadat bukan hanya di lisan saja. Kita harus memaknai syahadat itu sendiri dan menjadikannya sebagai prinsip dasar kehidupan. Kalimat syadahat ini digambarkan seperti fondasi. Jika tidak memahami inti dari syahadat itu sendiri, maka kita akan terjerumus dalam kemusyrikan yang mana itu merupakan dosa besar (Naudzubillah).

Syadahat merupakan dua kalimat, yaitu :

Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah


(aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad Rasul Allah)

Dalil yang menyatakan syahadat tersebut ada di surat QS. Muhammad : 19
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah…

Kata fa’lam berarti “maka ketahuilah, ilmuilah….” Artinya Allah memerintahkan untuk mengilmui atau memahami kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan sekadar mengucapkannya, tetapi dengan yang pada gilirannya akan membentuk keyakinan (i’tiqad) dalam hati.

Pentingnya syahadat :

Pintu gerbang ke dalam islam

Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah : 208, Islam ibarat rumah atau sistem hidup yang menyeluruh, dan Allah memerintahkan kaum muslim untuk masuk secara kaaffah. Untuk masuk, harus melalui pintu gerbang yaitu syahadatain. Artinya, pemahaman Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat itu.Hal ini bukan saja berlaku untuk kaum muslim, akan tetapi bagi kaum non muslim juga. Maksudnya, jika masuk islam harus secara menyeluruh, total, tidak boleh setengah-setengah. Pemahaman yang benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman akan hakikat ketuhanan (rububiyah) yang benar juga. Mengimani bahwa Allah-lah Robb semesta alam.

Intisari ajaran Islam

Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu hanya milik dan untuk Allah semata, bukan sebagai hamba-hamba yang lain. Kemerdekaan tersebut bermakna membebaskan dari segala bentuk kemusyrikan, kekafiran, dan api neraka. Kita tidak mengabdi kepada bangsa, negara, wanita, harta, perut, melainkan Allah-lah yang disembah. Sebenarnya, prinsip kalimat “laa ilaaha illallah” itulah kita hidup, kita mati dan akan dibangkitkan. Rasulullah juga bersabda “Sebaik-baik perkataan, aku dan Nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah” (Hadist). Maka sering-seringlah mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi dengan pemahaman yang benar, bukan hanya melisankan saja. Karena hal itu dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi semua perintah Allah dengan mudah. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang beriman dengan bersih, yaitu hidup aman atau tenteram dan mendapat petunjuk dari Allah sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an Al-An’am: 82.
Kedua, kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti kita seharusnya meneladani Rasulullah dalam beribadah kepada Allah. Karena beliau adalah orang yang paling mengerti cara beribadah kepada-Nya

Dasar-dasar Perubahan

Perubahan di sini maksudnya perubahan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam). Hal ini beracuan pada surat Al-Baqarah : 257. Perubahan tersebut mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun masyarakat. Secara individu, berubah dari ahli maksiat menjadi ahli ibadah yang taqwa, dari bodoh menjadi panda, dari kufur menjadi beriman, dan seterusnya. Secara masyarakat, di bidang ibadah, merubah penyembahan komunal berbagai berhala menjadi menyembah kepada Allah saja. Dalam bidang ekonomi, merubah perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan lain-lain. Semuanya tersebut sudah doatur dalam islam, mulai dari hal yang kecil ke hal yang besar. Islam merupakan rahmat, yang hal ini bukan hanya untuk orang muslim, tetapi untuk non-muslim juga. Contohnya saja, apabila kaum muslim mengembangkan sistem perekonomian secara syariah, maka kaum non-muslim akan merasakannya juga. Syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia telah merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Dan pada intinya, perubahan tersebut diawali dengan pemaknaan syahadat itu sendiri.

Hakikat Dakwah para Rasul

Para nabi, sejak Adam a.s sampai Muhammad saw, berdakwah dengan misi yang sama, mengajak manusia pada ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan Thogut (sembahan selain Allah). Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada Ilaah selain Allah semata. Sebenarnya kalimat syahadat ada sebelum Allah menciptakan alam semesta, sebelum Adam a.s tercipta, Subhanallah. Surat yang berhubungan dengan pernyataan tersebut ada dalam An-Nahl : 36 & Al-Baqarah : 257.

Keutamaan yang Besar

Kalimat syahadatain jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pada waktu sebelum kita meninggal, dapat menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral maupun material, kebahagiaan di dunia juga di akhirat, mendapatkan jaminan surga serta terhindarkan dari api neraka.
Dalam syahadat : “Asyahdu“ artinya bersaksi dan memiliki makna sebagai berikut :

~ Pernyataan atau Ikrar (al-I’laan atau al-Iqraar), berikrar bahwa Tidak Ada Ilaah Selain Allah. Jelas di sini bahwa kita tidak boleh menyekutukan Allah.

~ Sumpah (al-Qassam), suatu kesediaan yang siap menerima akibat dan resiko apapun bahwa tiada Ilaah selain Allah saja dan Muhammad adalah utusan Allah. Misalnya knapa islam melarang makan babi, sedangkan agama lain boleh. Sebenarnya Allah mempermudah umat-Nya dengan tidak boleh mengkonsumsi babi karena babi itu memang tidak bagus untuk kesehatan tubuh kita. Sehingga meskipun kita berada di tempat yang mayoritas mengkonsumsi babi, kita tetap tidak boleh makan, karena kita seorang muslim dan kita telah bersumpah dengan syahadat (sehari kita mengucapkan minimal 5 kali syahadat).

~ Janji (al-Wa’du atau al-‘Ahdu), yaitu janji setia akan keesaan Allah sebagai Zat yang dipertuhan. Janji tersebut kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.

Syahadat yang dinyatakan dengan kesungguhan, merupakan ruh keimanan. Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan tanpa keberatan, kepercayaan terhadap semua keputusan Allah (QS 49:15).

Hakikat Iman :

~ Dikatakan dengan lisan (al-Qaul), syahadah diucapkan dengan lisan dengan penuh keyakinan. Semua perkataan yang keluar dari lisan mukmin senantiasa baik dan mengandung hikmah.

~ Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiq), hati adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan dalam perkataan dan perbuatan.

~ Perbuatan (al-‘Amal), perbuatan (amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan pembenaran iman dalam hati.
Seseorang yang hanya bisa mengucapkan dan mengamalkan tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya. Sifat seperti itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara dengan lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik memiliki tiga tanda: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia berkhianat.

Apabila hakikat iman telah dilaksanakan secara istiqomah, InsyaAllah kita akan menjadi mukmin mustaqim. Mukmin mustaqim akan mendapatkan karunia dari Allah berupa:

~ Keberanian (asy-Syajaa’ah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah. Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan mendapatkan siksaan.

~ Ketenangan (al-Ithmi’naan), yang lahir dari keyakinan bahwa Allah akan selalu membela hamba-Nya yang mustaqim secara lahir batin (Al Fajr : 27-30)

~ Optimis (at-Tafaa’ul), lahir dari keyakinan terhadap perlindungan Allah, selalu berpositif thinking dan mengharapkan rida dari Allah karena Allah Maha Rahim. Orang yang optimis akan tenteram akan kemenangan hakiki, yaitu mendapatkan keridhaan Allah (mardhatillah).

Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan anugerah kebahagiaan hidup (as-Sa’aadah), baik di dunia dan akhirat.
Inilah pemahaman terhadap konsep syahadah.
http://syangar.bodo.blogspot.co.cc