Refleksi
Senja usiaku tersipu saat menyambut malam karena jubah hati masih kelam penuh kerikil-kerikil tajam yang belum sempat terbersihkan, bahkan cahayanya sedikit suram dari hari-hari kemarin saat ia bersama sang kekasih hati...
ego, ambisi, dan nafsu terus saja mendominasi hati, atas kuasa akal yg belum terkendalikan...

Allah aku rindu indah tutur kata nurani yang dulu begitu akrab menyapa dan mencumbuiku disetiap aku mau melangkah..

oooh betapa kerikil, betapa debu terus saja mendesak gumpalan-gumpalan mendung kelam menambah sesak dada hikmahku

Alloh-ku,
kilau cahya Jamal-Mu indah dalam setiap keindahan ciptaan-Mu, menambah takjub hati ini; sawah, ladang, hutan, laut, satwa-satwa begitu memesona hati, namun sering juga mereka telanjangkan keindahan itu, mereka poles dengan lipstik rekayasa, mereka poles dengan bedak keangkuhan, mereka poles dengan celak kesombongan demi menambah isi perut dan kantong mereka.
Dengan cahya Jalal-Mu begitu perkasa nan agung Kau titipkan pada semua ciptaanmu tanpa kau seleksi siapa ia siapa mereka sebagai wujud keadilan-Mu, mereka agungkan nama-Mu, mereka kerahkan jasad dan hati demi keagungan-Mu juga kemuliaan Kekasih-Mu, mereka indahkan kalimat-kalimat-Mu ditempat-tempat ibadah, dirumah-rumah, di lapangan, di pasar dan dimana saja mereka berada dalam kekhusyuan hati dan ketundukan jasmani, namun ada juga mereka yang menundukkan, menendang, menyodok, menghantam dan bahkan tega membunuh saudaranya sendiri dengan keagungan dan keperkasaan kuasa-Mu yang Engkau titipkan pada mereka...
Dengan cahya Rahman-Mu, mereka berbagi kasih, berbagi suka, berbagi cita dan cinta kepada saudara-saudara mereka untuk pemerataan kesejahteraan dan kemakmuran dari nikmat dan rahmat yg telah Engkau kurniakan pada kami, namun dari mereka juga masih banyak yang merampas, merampok, dan mencuri mereka simpan dilumbung keserakahan dan ketamakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan diri dan keluarga...

oooh Alloh-ku, betapa semua ini kerikil-kerikil kedekilan hati dan pikiran yang tak mau kenal rasul-Mu, betapa semua ini debu-debu penoreh perih mata, penambah kebutaan nurani..

Inilah duniaku kini, inilah Indonesiaku kini, rahmat dan nikmat yang Engkau kurniakan melimpah ruah ini tak sanggup menghidupi dan memakmurkan masyarakat kami...
sawahku telah ditanami gedung-gedung megah milik orang asing yang tak pernah kami kenal dan tak mau kenal kami, tambang-tambang kami mereka gali untuk mereka bagi dengan orang asing itu...tak jarang mereka menggunakan keahlian orang asing dan tak mau menggunakan keahlian anak-anakku sendiri, hutan-hutanku mereka gunduli untuk membangun gudang-gudang penyimpan pangan, rempah-rempah, ikan-ikan, padi-padi, buah-buahan juga segala yang ada dibumiku ini...
Alloh-ku, haruskah mereka bertengkar berebut hartaku dan kekuasaan yang engkau titipkan pada mereka...???
****
Kabut tipis sepanjang perjalanan menuju Kertosono terasa begitu menusuk pori-pori kulit, tubuh menggigil muka mengerut menahan dingin yang mencekam