BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan sebuah Negara yang mengedepankan pendidikan karena di nilai sangat penting untuk bekal para generasi muda di masa depan. Berbagai macam lembaga pendidikan didirikan guna mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana terdapat dalam UU RI no 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab II Pasal 4, menyebutkan :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”( UU RI no 2 Tahun 1989).

Pendidikan yang diharapkan bisa menuntun manusia ke arah yang lebih baik, salah satunya yaitu pendidikan agama yang secara umum bertujuan membimbing anak didik agar menjadi muslim seutuhnya, memegang teguh keimanan dan berakhlak mulia. Kiranya pendidikan agama diberikan sejak dini sebagai bekal awal anak didik tersebut melangkah menuju kedewasaan.
S
1
etiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak adalah amanat Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya. Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat Allah SWT sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Salah satunya dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, karena masa anak-anak merupakan masa perkembangan baik secara fisik maupun jiwa.
Menurut Islam anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci, sedangkan alam sekitarnyalah yang akan memberi corak warna terhadap nilai kehidupan yang di jalaninya, maka sangat tepat jika sejak dini anak-anak dibekali pengalaman religius untuk menyongsong masa depannya dengan harapan dalam menjalani roda kehidupan senantiasa terbimbing dan dituntun oleh ajaran-ajaran agama yang lurus. Pendidikan Islam sejak dini pada anak-anak merupakan hal yang sangat penting agar anak nantinya tidak terseret arus perbuatan yang menyesatkan serta dapat tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki akhlak sesuai dengan syariat Islam.
Sehubungan dengan hakikat pendidikan yang meliputi penyelamatan fitrah Islamiah anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi kerja, dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu menanganinya secara keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan keterbatasan lainnya.
Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu orang tua dapat menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada lembaga sekolah maupun lembaga di lingkungan masyarakat seperti pesantren, majelis taklim, TPQ, dan kursus-kursus serta lembaga lain di lingkungan masyarakat. Pembinaan pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan jiwa anak. Sebagai hal yang paling mendasar dalam ajaran Islam adalah memahami al-Qur’an sebagai mu’jizat Islam yang kekal dan sumber hukum Islam.
Tentunya untuk memahami al-Qur’an terlebih dahulu harus bisa membaca al-Qur’an dengan tepat dan benar. Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan al-Qur’an khususnya pendidikan baca tulis al-Qur’an membutuhkan penanganan secara serius dan profesional.
Berangkat dari paparan di atas maka bermunculan lembaga-lembaga pendidikan al-Qur’an yang terus berkembang pesat guna mempermudah anak didik dalam membaca al-Qur’an yang lebih kita kenal dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Dalam TPQ sistem pengelolaan dilakukan secara profesional yang mana terlihat dalam target dan tujuannya agar anak bisa baca tulis al-Qur’an dengan baik dan benar dalam jangka waktu dua tahun. Materipun disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak sehingga menimbulkan motivasi anak untuk terus mengikuti kegiatan belajar mengajar. Metode-metode yang ditawarkan di TPQ lebih menekankan keaktifan murid dan memberikan kesempatan pada setiap murid untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuannya sehingga memacu murid untuk terus meningkatkan prestasinya.
Semakin hari semakin banyak TPQ yang didirikan dan terus tumbuh subur di tengah-tengah globalisasi yang juga terus melaju pesat. Ini artinya semakin berpeluangnya Bangsa Indonesia dalam memberantas buta huruf terhadap al-Qur’an. Dengan ini pula semakin menambah semangat perjuangan umat Islam untuk terus menggali nilai-nilai Islam guna membentuk pribadi-pribadi muslim yang tangguh.
TPQ dirasa cukup efektif untuk membantu pemahaman terhadap pendidikan agama anak.
Oleh karenanya peneliti tertarik untuk meneliti eksistensi TPQ yang ada di Desa Bakalan, dengan mengambil judul :
PERAN SERTA TPQ AL-KAUTSAR DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK DI DESA BAKALAN-PURWOSARI-PASURUAN”.
  1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah diperlukan untuk mempermudah usaha pemecahan masalah yang dihadapi, oleh karena itu rumusan masalah harus jelas.
Dengan melihat latar belakang masalah maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan?
2. Apa peran serta TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak?
  1. Tujuan Penelitian
Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas, sehingga apa yang dicapai kelak diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Tujuan Penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui keadaan TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari- Pasuruan.
  2. Untuk mengetahui peran serta TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak.
  1. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang kami lakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
  1. Memberikan gambaran dan informasi tentang peran serta TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak
  2. Menambah wawasan dan cara berpikir anak khususnya yang mengikuti pendidikan di TPQ.
  3. Pendidikan al-Qur’an bisa dipertahankan terus sebagai upaya menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian.
  1. Devinisi Operasional
Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak usia 6-12 tahun, yang menjadikan santri mampu membaca al-Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid sebagai target pokoknya (Idris, 1996 : 2).
Pengertian pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani dan akal berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Ihsan Dkk, 1998 : 17).
Anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa (Suryabrata, 2004 : 201).
  1. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
  1. Bagian Pendahuluan Skripsi
Bagian Pendahuluan Skripsi yang berisi tentang halaman judul, surat pernyataan, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
  1. Bagian Isi terdiri dari :
    BAB I


    BAB II

    BAB III


    BAB IV


    BAB V
    :


    :

    :


    :


    :
    Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, devinisi operasional dan sistematika penulisan skripsi.
    Kajian teori yang membahas tentang Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Pendidikan agama Islam.
    Metode Penelitian membahas tentang: metode penelitian, obyek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
    Hasil penelitian dan pembahasan, membahas tentang data-data yang diperoleh selama penelitian dan disertai dengan pembahasannya.
    Penutup berisi tentang simpulan dan saran.
  2. Bagian Akhir Skripsi
Berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORI
  1. Taman Pendidikan Al-Qur’an

  1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Kemampuan membaca al-Qur’an merupakan dasar bagi umat Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an merupakan tuntutan yang harus dilaksanakan. Tuntutan masyarakat yang menginginkan agar anak-anak mereka mampu mengenal dan memahami al-Qur’an serta untuk menyiapkan generasi penerus yang mampu manghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan, maka lahirlah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
Dalam buku “Petunjuk Teknis Dan Pedoman Pembinaan TK/TPQ” menyatakan:
Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak usia 6-12 tahun, yang menjadikan santri mampu membaca al-Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid sebagai target pokoknya”(Idris, 1996 : 2).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan baca al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun).
L
8
embaga ini penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di wilayah tersebut. Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkat umur, yaitu :
  1. Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 tahun)
  2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) untuk anak seusia SD kelas satu sampai tiga (7-9 tahun)
  3. Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun.
Untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji yaitu dengan pembiasaan-pembiasaan melakukan hal baik dan latihan akan membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
  1. Tujuan dan Target Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3) Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :
  1. Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang Qur’ani, mencintai al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.
  2. Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi perkembangan jiwa anak, utamanya dalam proses sosialisasi.
  3. Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.
Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu :
Santri mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan Kaidah-Kaidah ilmu tajwid
Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat lima waktu serta terbiasa hidup dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya
Santri hafal do’a sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf al-Qur’an.
Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan teknik ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya.
  1. Macam-macam Metode Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) terdapat beberapa macam teori atau metode yang digunakan. Namun karena keterbatasan referensi, maka peneliti hanya akan memaparkan sedikit tentang metode Iqro’ dan metode Qiro’ati.
  1. Metode Iqro’
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah Munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqro’ sebagai program utama perjuangannya.
  1. Materi Pelajaran Iqro’
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak Taman Pendidikan Al-Qur'an. 5 sifat buku Iqro’ adalah :
  1. Bacaan langsung.
  2. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
  3. Privat
  4. Modul
  5. Asistensi
Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’, antara lain :
TK Al-Qur'an
TP Al-Qur'an
Digunakan pada pengajian anak-anak di Masjid/Musholla
Menjadi materi dalam kursus baca tulis al-Qur'an
Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
Digunakan di majelis-majelis taklim
  1. Sistem Dan Metode Mengajar Iqro’
Sebagaimana disebut dalam buku Petunjuk Teknis Dan Pedoman Pembinaan TK/TPQ bahwa sistem dan metode mengajar adalah klasikal dan privat dengan pembagian waktu 10 menit pertama klasikal, 40 menit privat, dan 10 menit terakhir klasikal.
-Dalam tahap privat tiap kelas ditangani oleh beberapa guru dengan rasio perbandingan seorang guru mengajar antara 3-6 santri. Siswa privat ini adalah khusus untuk belajar membaca al-Qur’an dengan CBSA, artinya santrilah yang aktif membaca buku pegangan, sedangkan guru hanya mengawasi dan menyimak satu persatu secara bergantian antar santri serta menilai hasilnya pada Kartu Prestasi Santri (KPS).
-Pada tahap klasikal, tiap kelas diajar oleh seorang guru dengan materi penunjang sesuai dengan program harian.
-Santri dibagi dalam beberapa kelas sesuai dengan kelompok usia. Selanjutnya setelah berjalan beberapa minggu dan tiap santri telah menunjukkan prestasinya dalam membaca buku Iqro’, maka pengelompokan belajar santri didasarkan pada persamaan jilid.
-Santri yang telah menyelesaikan paket buku Iqro’ dilanjutkan dengan tadarus al-Qur’an (Idris, 1996 : 4-5).
3) Evaluasi Hasil Belajar Iqro’
Evaluasi hasil belajar biasanya dilakukan bersamaan dengan kenaikan tingkat atau jilid. Dan ini dilaksanakan apabila santri telah menyelesaikan tiap paket pelajaran. Evaluasi biasanya dilakukan pada saat:
-Selesai buku Iqro’ tiap jilid
-Selesai paket hafalan (bacaan shalat, do’a sehari-hari, surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan).
-Evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah atau guru yang betul-betul fasih yang ditunjuk oleh kepala sekolah
-Hasil evalusi harus ditulis dalam data prestasi santri. Santri baru naik apabila dianggap mampu dan setelah benar-benar menguasai paket pelajaran yang dievaluasikan (Idris, 1996:10)
Dan pada akhir dari periode kegiatan belajar akan dilakukan Munaqosah. Yang dimaksud munaqosah adalah forum untuk menguji kemampuan santri yang telah dianggap baik oleh lembaganya dalam rangka persiapan menghadapi wisuda.
  1. Metode Qiro’ati
Metode baca al-Qur’an Qiro'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang-Jawa Tengah. Qiro’ati bermakna “inilah bacaanku” bacaan al-Qu’ran yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an ini memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur’an secara cepat dan mudah. Ini dilatar belakangi oleh:
- Tidak puas dengan metode pengajaran al-Qur’an yang ada
- Banyaknya guru ngaji yang mengajarkan al-Qur’an dengan salah
- Menghendaki metode pengajaran al-Qur’an yang praktis.
KH. Dachlan Salim Zarkasyi mulai mengajar al-Qur’an pada 1963. Kiai Dachlan Salim Zarkasyi menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca al-Qur’an untuk TK Al-Qur’an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Pada tahun 1963, KH. Dachlan Salim Zarkasyi mendirikan pendidikan al-Qur’an Roudhotul Mujawwidin dengan buku 10 jilid. Sampai tahun 70-an buku ini diperbanyak dan digunakan di tempat-tempat pengajian anak-anak di kampung-kampung atau Mushollah di sekitar kota Semarang. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qiro'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qiro'ati.
Wasiat KH. Dachlan Salim Zarkasyi untuk para guru al-Qur’an khususnya pemakai Qiro’ati. Guru ngaji harus melaksanakan 3 hal utama, yaitu :
- Guru ngaji harus sabar dan ikhlas
- Guru ngaji harus sering tahajjud
- Guru ngaji harus sering tadarus al-Qur’an
Adapun Amanah Qiro’ati untuk para guru :
- Jangan wariskan al-Qur’an yang salah karena yang benar itu mudah
- Qiro’ati harus diajarkan oleh guru yang lulus tashih Qiro’ati, karenanya yang belum lulus belum bisa mengajar, tapi harus ikut pembinaan terlebih dahulu.
- Semua guru harus lulus tashih, jika karena keadaan terpaksa TKQ/TPQ berdiri dengan guru lulus hanya satu maka kepala TKQ/TPQ wajib membina para guru sambil berjalan dan selanjutnya ditashihkan kembali sampai guru lulus semua.
- Penetapan kepala TKQ/TPQ ditentukan dari kemampuan bacaan al-Qur’annya. Siapa yang lulus tebaik itulah kepala TKQ/TPQnya dan dialah yang mendapat amanah KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
- Kepala TKQ/TPQ tidak ditunjuk oleh pengurs lembaga, sebab tujuan utama berdirinya TKQ/TPQ Qiro’ati difokuskan pada musyafahah al-Qur’an bukan manajemen sekolah saja.
  1. Materi Pelajaran Qiro’ati
Pada metode Qiro’ati materi yang diajarkan baik di TKQ/TPQ meliputi materi utama dan materi tambahan.
a. Materi Utama
Setiap santri TKQ/TPQ sudah dianggap khatam pendidikan apabila telah menyelesaikan seluruh materi utama dengan baik. Adapun materinya adalah :
- Buku Qiro’ati (sesuai paket masing-masing)
- Al-Qur’an 30 juz (diperkirakan khatam berkali-kali sambil menunggu yang lain selesai)
- Buku Gharib (antara bacaan dan tulisannya tidak sama) dan Musykilat (antara bacaan dan tulisannya sama)
- Pelajaran Ilmu Tajwid (ilmu yang mempelajari makharijul huruf)
  1. Materi Tambahan
Adapun materi tambahan Qiro’ati adalah sebagai berikut :
- Belajar menulis Arab
- Hafalan-hafalan surat pendek, bacaan sholat, hadits, do’a sehari-hari, dan lain-lain.
- Praktek ibadah
  1. Sistem Dan Metode Belajar Qiro’ati
Dalam metode Qiro’ati, sistem metode yang dipakai menggunakan metode individu dan metode klasikal. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
  1. Metode Individu
- Anak maju satu persatu atau dua-dua, dan guru menyimak bacaan anak
- Penilaian diperoleh saat maju
- Wajib dengan individu bagi anak yang masih jilid satu (usia TK)
  1. Metode Klasikal
- Guru menerangkan dengan menggunakan lembar peraga
- Murid latihan bersama dengan lembar peraga dan ditambah latihan di buku qiroati
- Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA)
- Siswa membaca tanpa mengeja.
- Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.


  1. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar ditandai dengan kenaikan jilid dan ini dilaksanakan apabila santri telah menyelesaikan tiap paket pelajarannya. Biasanya evaluasi dilakukan pada saat:
- Selesai buku Qiro’ati tiap jilid
- Evaluasi dilakukan oleh Kepala Sekolah, karena guru kelas tidak diperkenankan menaikkan jilid
- Santri baru naik apabila telah betul-betul mampu menguasai paket pelajaran yang dievaluasikan.
Setelah semua paket pelajaran yang terdiri dari tiap jilid buku Qiro’ati, pelajaran ilmu tajwid, ghorib, dan khatam al-Qur’an (minimal 1 kali) berarti telah khatam pendidikan TKQ/TPQ tingkat dasar, dan berhak mengikuti ujian terakhir dan berijazah. Setelah santri lulus dalam ujian terakhir maka santri berhak mengikuti khataman.
  1. Pendidikan Agama Islam

  1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum peneliti mengungkapkan tentang pendidikan agama Islam dan berbagai aspeknya, terlebih dahulu peneliti menguraikan tentang difinisi pendidikan itu sendiri. Seperti yang dipaparkan dalam bukuPengantar Dasar-Dasar Pendidikan” Oleh M.Nur Syam Dkk, menyatakan bahwa:
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan”. Dengan demikian bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Adapun menurut DR. Ahmad Tafsir dalam bukunya : “Metodologi Pengajaran Agama Islam” mengemukakan :
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal maupun nonformal serta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan adalah seluruh aspek kepribadian (Tafsir, 2007 : 6).”
Dari pengertian pendidikan secara umum kita akan melangkah pada pengertian pendidikan agama Islam itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Drs. H. Hamdani ihsan, dkk dalam buku “Filsafat Pendidikan Islam”, menyatakan bahwa :
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani dan akal berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam” (Ihsan Dkk, 1998 : 17).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama.


  1. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
  1. Dasar Pendidikan Agama Islam
Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dalam kehidupan manusia.
Islam adalah agama universal yang misinya adalah rahmat bagi semua penghuni alam. Universalitas Islam dipahami sebagai ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan meliputi prinsip ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan lingkungan” (Taufik dkk, 2004 : 24).

Sejak dilahirkan umat manusia telah diwarisi intuisi beragama dan intuisi serba ingin tahu. Dalam perkembangannya kedua intuisisi ini kadang-kadang menimbulkan benturan-benturan antara pikiran dan perasaan yang mengakibatkan timbulnya pertentangan batin. Adapun wujud dari kedua intuisi adalah akal dan budi. Dengan akalnya, orang akan memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bahan pertimbangan secara lahiriah. Dengan budinya, orang akan memperoleh dasar pertimbangan yang mempunyai latar belakang kebaikan dan kebajikan.
Penggunaan akal budi yang serasi akan menimbulkan sikap ajrih (takut) dan asih (sayang) yang timbul dari dorongan batinnya dengan kesadaran hati nuraninya. Ajrih dan asih adalah gambaran kehidupan iman yang menuju ke arah kehidupan yang berdasarkan taqwa. Dan inilah gambaran dari insan kamil. Inilah yang senantiasa berusaha menjaga hubungan baik antara manusia itu sendiri dengan Allah dan antara sesamanya dengan alam sekitarnya.
Allah SWT telah mengisyaratkan dengan firman-Nya yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW. yaitu :
إِقْرأ بِسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ، خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَق، إِقْرَاْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَم الَّذِىْ عَلَّمَ بِاْلقَلَمِ، عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ .(العلق
Artinya :
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yag palinh Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya” (QS. Al-‘Alaq : 1-5) (Depag RI, 1989 : 1.079).

Ayat tersebut merupakan perkenalan dan petunjuk dari Allah SWT bahwa pencipta segala sesuatu itu adalah Allah sendiri tanpa bantuan dari selain-Nya. Manusia diciptakan dari segumpal darah melalui proses pertumbuhan menurut hukum yang telah ditetapkan Allah SWT. Allah menyatakan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha Pemurah, sehingga bukan untuk ditakuti apalagi dijauhi. Akan tetapi harus didekati dan diikuti segala kehendak-Nya demi kepentingan dan kebaikan umat manusia sendiri. Dialah Maha Pendidik Yang Bijaksana. Mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan dan dengan menulis dan membaca.
Ayat tersebut sebagai petunjuk bahwa manusia harus bisa membaca dalam arti yang sesungguhnya dan dalam arti majazi (kiasan). Arti sesungguhnya adalah membaca apa yang ditulis berupa huruf, arti majazi adalah membaca diri sendiri dan alam sekitarnya serta latar belakang dari keduanya. Jadi yang dikehendaki Allah SWT adalah agar manusia mampu membaca apa yang tersurat dan apa yang tersirat, hingga benar-benar mengenal dirinya dan bertindak sesuai dengan pengenalannya itu.
Pendidikan yang terkandung dalam ayat di atas juga mengakui adanya peranan manusia dalam alam semesta. Karena itu, dengan akalnya manusia telah diberi kesanggupan untuk memikirkan segala sesuatu untuk kepentingan hidup dan kehidupannya, termasuk masalah pendidikan yang merupakan investasi bagi perkembangan hidup. Dalam al-Qur’an, Allah sering memberikan anjuran-anjuran yang keras agar manusia menggunakan akalnya secara efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Di samping itu Allahpun telah memperingatkan manusia dengan wahyu-Nya dalam al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوااللهَ وَاْليَوْمَ اْلأخِرَ
وَذَكَرَاللهَ كَثِيْرا (الأحزاب : )
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, yakni bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”
(Al-Ahzab : 21) (Depag RI, 1989 :336).



Jadi, selain kita diharuskan mengikuti petunjuk dan perintah Allah, juga diwajibkan mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah. Sejalan dengan dasar pikiran di atas, Rasulullah telah memberikan petunjuknya :
عن أبي هريرة رضي الله عنه : أنٌه كان يقولو قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مامن مولودإلايولدعلى الفطرة فأبواه يهودانه
وينصرانه ويمجسانه (رواه مسلم)
Artinya :
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tiap-tiap anak tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan suci (fitrah), kemudian orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Muslim) (Abdul Wahid, 2004 : 292)

Sabda Rasulullah SAW ini memberikan tekanan bahwa pendidikan itu pertama-tama dilaksanakan di lingkungan rumah tangga. Ibu dan bapaknyalah yang menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Kedua orang tuanya itulah yang akan menentukan hasil dari pendidikan anak-anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil usaha mendidik anaknya itu kepada Allah SWT, dan akan merasakan hasil jerih payahnya itu. Lebih jelas lagi Rasulullah telah memperingatkan betapa pentingnya untuk hari depan anak-anaknya, dengan sabdanya :
يا أباذرلأن تغدوفتتعلم آية من كتاب الله خيرلك من أن تصلي مائة ركعة ولأن تغدو فتتعلم بابا من العلم علم به اولم يعمل به خيرلك من أن تصلي الف ركعة (رواه إبن ماجة)




Artinya :

Wahai Abu Dzar, apabila kamu pergi dan menuntut ilmu satu ayat saja dari al-Qur’an,itu lebih baik dari pada sholat seribu rakaat, dan sungguh apabila kamu menuntut ilmu satu bab yang kamu ketahui, baik diamalkan atau tidak, lebih baik bagimu daripada sholat seribu rakaat” (HR.Ibnu Majjah) (Masan Dkk, 1994 : 142).

Jelasnya Al-Qur’an dan Sunnah adalah dasar dan landasan bagi pendidikan Islam, menjadi standar kebenaran bagi hasil pemikiran filosofis manusia untuk diamalkan dalam kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan menyimpang atau menyalahi hukum Negara yang mana hukum adanya pendidikan agama di Indonesia terdapat di dalam Ketetapan MPR Nomor IV tahun 1973, yaitu tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bidang Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berbunyi sebagai berikut:
Diusahakan bertambahnya sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, termasuk pendidikan agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri” (Tafsir, 2007 : 3).

Dasar-dasar tersebut digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan pendidikan agama Islam agar anak didik mempunyai bekal nilai-nilai yang luhur sebagaimana yang terkandung dalam ajaran al-Qur’an dan Hadits.
  1. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan secara umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan seperti sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.
Tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan Islam menurut “Drs. H. Hamdani Ihsan, Dkk dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” dijabarkan dalam 3 aspek, yaitu :
- Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya. Semakin dekat dan terpelihara hubungan dengan Khaliknya akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan larangan-Nya, sehingga peluang untuk memperoleh kejayaan semakin terbuka.
- Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia yang harus senantiasa berkembang terus-menerus. Di sinilah terjadi interaksi antara sesama manusia baik dengan muslim maupun tidak, sehingga tampak betapa citra Islam dalam masyarakat yang ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya.
- Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan keduanya sejalan dan terjalin dalam diri pribadi. Ini berarti upaya yang terus-menerus untuk mengenal dan memperbaiki diri dalam mengaktualitaskan kedua aspek tersebut di atas secara serasi, seimbang, dan selaras.
Perwujudan ketiga aspek tujuan di atas dalam diri seseorang hanya di mungkinkan dengan penguasaan ilmu, dan ilmu itu bisa di dapat dari pendidikan.
  1. Pembinaan Akhlak Dan Budi Pekerti Dalam Pendidikan Agama Islam
    1. Pembinaan Ahklak
Menurut Maimunah Hasan dalam buku “Membentuk Pribadi Muslim” menyatakan:
Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berbudi baik” (Hasan, 2002 : 3).

Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa akhlak merupakan sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi. Akhlak seseorang merupakan sikap seseorang yang dimanifestasikan kedalam perbuatan. Suatu sikap yang dimiliki seseorang dapat dikatakan sebagai akhlak seseorang apabila hal itu sudah menjadi kebiasaannya dan mudah dilakukannya. Misalnya seseorang yang pemurah maka baginya memberikan sesuatu pada orang lain itu sudah hal yang biasa, dalam memberi dia tidak akan banyak pertimbangan lagi.
Dalam Islam disebutkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang baik (Akhlakul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan dan dimanifestasikan nilai-nilai iman, islam dan ikhsan. Adapun contoh-contoh Akhlakul Karimah sebagai berikut:
  1. Akhlak yang berhubungan dengan Allah, meliputi: Mentauhidkan Allah, taqwa, berdo’a, Dzikrullah dan tawakkal
  2. Akhlak diri sendiri, meliputi : sabar, syukur ,tawadhu’ (rendah hati, tidak sombong), benar, iffah (menahan diri dari melakukan yang terlarang), hilmun (menahan diri dari marah), amanah/jujur dan merasa cukup dengan apa yang ada
  3. Akhlak terhadap keluarga, meliputi : Birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua), adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga
  4. Akhlak terhadap masyarakat, meliputi: toleransi, tenggang rasa, Ukhuwah/persaudaraan, ta’awun (tolong menolong), adil, pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji, musyawarah dan wasiat dalam kebenaran
  5. Akhlak terhadap alam, meliputi: memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam dan memanfaatkan alam (Maimunah Hasan, 2002 : 6-7).
Kehidupan orang yang baik adalah yang dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan akhlak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
    1. Pembinaan Budi Pekerti
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Budi berarti akal (sebagai alat batin untuk menimbang baik buruk, benar tidak benar), tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan, perbuatan baik, daya upaya, ikhtiar (Poerwadarminta, 1976 : 158). Sedangkan Pekerti dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tabiat, watak, akhlak, perbuatan (Poerwadarminta, 1976 : 724)
Jadi, pengertian budi pekerti adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku. Sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut :
  1. Sikap dan perilaku hubungannya dengan Tuhan.
Setiap manusia Indonesia harus kenal, ingat, berdoa dan bertawakal kepada Tuhannya. Dalam konteks ini pedoman akhlak tidak mungkin menyimpang dari agama karena proses akhlak yang terjadi berdasarkan keyakinan.
  1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri.
Setiap manusia mempunyai jati diri. Dengan jati diri seseorang mampu menghargai dirinya sendiri karena ia mempunyai konsep diri yang positif.
  1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga.
Seseorang tidak mungkin hidup tanpa lingkungan sosial yang terdekat dan yang mendukung perkembangannya yaitu keluarga. Untuk itu, diperlukan suatu penyesuaian diri yang baik dengan keluarga supaya dapat bertahan.
  1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa.
Sikap dan perilaku ini sikap penyesuaian diri yang diperlukan terhadap lingkungan yang lebih luas daripada sekedar keluarga. Lingkungan merupakan tempat di mana ia dapat lebih mengekspresikan dirinya secara lebih luas setelah ia dewasa.
  1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Seseorang tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan kuat (sesuai, serasi, dan tepat) seperti yang dibutuhkannya. Untuk itulah terdapat aturan-aturan dan norma-norma yang harus dipatuhi demi menjaga kelestarian dan keserasian antara hubungan manusia dan alam sekitarnya. Sikap dan perilaku itu jelas, sikap dan perilaku yang membantu orang untuk dapat hidup baik bersama Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya.
  1. Metode-Metode Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam
Dalam menghadapi anak sikap yang paling bijaksana adalah jalan tengah, artinya bukan sikap yang ekstrem, baik ekstrem menahan maupun ekstrem memanjakan.
Jika sekiranya pendidik (orang dewasa) memaksakan pendiriannya sendiri dengan memakai kekerasan dan kekuasan oleh sebab dia lebih kuat, maka anak itu akan mengalah dan tunduk kepada pendapat orang dewasa, sedang kemauanmya sendira lenyap tak berkembang. Anak yang demikian itu nantinya tidak akan punya inisiatif. Sebaliknya, jika anak itu dituruti saja apa kehendaknya, atau dibiarkan saja sekehendaknya dangan maksud untuk memghindarkan persengketaan antara dia dan orang dewasa, maka ini hanya merupakan pengunduran saja dari persengketaan itu yang kelak akan timbul lagu dengan lebih hebat. Sebab bagaimanapun juga anak harus belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku, dia harus belajar memberi tidak hanya menerima saja sebab dalam kehidupan bersama itulah yang terjadi, yaitu take and give” (Suryabrata, 2004 : 203).

Agar pendidikan terhadap perkembangan anak dapat berjalan dengan baik, maka orang tua atau pendidik harus mempunyai metode atau pedoman pendidikan yang berpengaruh dalam upaya mempersiapkan anak secara mental, moral, spiritual dan sosial sehingga anak tersebut mampu meraih puncak kesempurnaan, kedewasaan dan kematangan berpikir dan bertingkah laku. Ada lima buah metode dalam mendidik anak, yaitu :
  1. Pendidikan dengan keteladanan
  2. Pendidikan dengan adat kebiasaan
  3. Pendidikan dengan nasihat
  4. Pendidikan dengan pengawasan
  5. Pendidikan dengan hukuman.
Adapun secara rinci, penjelasan metode pendidikan terhadap anak tersebut di atas adalah sebagai berikut:
    1. Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secar moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorangn pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak didik. Semua keteladanan akan melekat pada diri dan perasaan anak, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi maupun spiritual.
    1. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan
Adat kebiasaan adalah salah satu metode pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam keluarga, di sekolah dan juga masyarakat. Pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan watak anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak itu sampai hari tuanya.
    1. Pendidikan dengan Nasihat
Nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip-prinsip Islam.
    1. Pendidikan dengan Pengawasan
Maksud pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk aqidah dan moral, dan mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis dan sosial, dan menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya, baik dalam hal pendidikan jasmani maupun rohaninya.
    1. Pendidikan dengan Hukuman
Hukuman dalam proses pendidikan dapat dikatakan sebagai penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh orang tua, guru dan sebagainya sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan. Sebagai alat pendidikan hukuman hendaklah senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran, selalu bertujuan ke arah perbaikan, hukuman hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.









BAB III
METODE PENELITIAN
  1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D” (2008 : 8) mendefinisikan: “Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori, tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan. metode kualitatif dimaksudkan oleh peneliti untuk memahami situasi sosial secara mendalam.
  1. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, penetapan obyek penelitian sangat diperlukan. Obyek penelitian yakni perihal yang akan diteliti. Adapun obyek penelitian yang akan diteliti adalah TPQ Al-Kautsar Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan yang menggunakan metode Qiro’ati, yang mana selain pengajaran membaca dan menulis al-Qur’an juga memberikan pelajaran materi tambahan yang terdiri dari belajar menulis Arab, hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan sholat, hafalan hadits, hafalan do’a sehari-hari, dan lain-lain serta Praktek ibadah.
32

  1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, menurut pendapat Nasution yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono menyatakan:
"Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya"(Sugiyono, 2008 : 223).

Berdasarkan paparan diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pada penelitian ini dalam proses pengumpulan data akan digunakan metode observasi, wawancara dan Dokumentasi.
  1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian (Rachman, 1999 : 72). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung. Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek yang diselidiki (Rachman 1999 : 77).
Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap dan memberikan gambaran tentang peran serta TPQ Al-Kautsar dalam upaya meningkatkan pendidikan agama Islam anak di TPQ tersebut, yaitu dengan mengamati secara langsung sikap dan perilaku anak serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh (Ustadz/Ustadzah) TPQ Al-Kautsar.
  1. Wawancara
Wawancara atau disebut juga interview adalah pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2008 : 231).
Wawancara dipergunakan untuk memperoleh informasi atau data berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan, dan kesadaran sosial. Dengan wawancara diharapkan informasi tentang peranan TPQ Al-Kautsar dalam upaya meningkatkan pendidikan agama Islam anak dapat terungkap dan terekam oleh peneliti secara cermat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan di tempat penelitian.


  1. Studi Dokumentasi
Dokumentasi diartikan sebagai teknik mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Rachman 1999 : 96). Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mencari data-data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan gambaran umum TPQ Al-Kautsar di desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan .
  1. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan berupa data kualitatif, dan metode yang digunakan adalah metode analisa data.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, serta dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain” (Sugiyono, 2008 : 244).

Tahap-tahap analisis data yang dilakukan oleh peneliti di lapangan dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan interview di lapangan.
  1. Reduksi data (pemilihan data)
Data yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data. Data itu kemudian diorganisasikan untuk mendapat simpulan data sebagai bahan penyajian data.
  1. Penyajian data
Selanjutnya data disajikan dalam uraian-uraian naratif yang disertai dengan bagan atau tabel yang memperjelas penyajian data.
  1. Penarikan kesimpulan
Setelah melalui dua tahap tersebut di atas, maka dilakukan penarikan kesimpulan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Keadaan Umum Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
    1. Sejarah Berdirinya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Berdirinya Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar dilatarbelakangi adanya keinginan dan kesadaran dari tokoh masyarakat di Desa Bakalan yaitu, Bapak Hazmul Ulum dan Ibu Aisyah untuk turut serta dalam memajukan pendidikan agama bagi anak-anak yaitu yang dimulai dari pengajaran membaca al-Qur’an. Mereka mengemukakan bahwa pengajaran membaca al-Qur’an haruslah mendapat prioritas yang pertama diajarkan kepada anak. Lisan yang sudah mampu membaca al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan sehari-hari, secara otomatis aqidah mengalir dan tertanam kokoh dalam qolbunya. Maka timbullah gagasan dari Bapak Hazmul Ulum dan Ibu Aisyah untuk mendirikan lembaga pendidikan baca tulis al-Qur’an.
P
37
ada kesempatan pengajian rutin setiap malam Jum’at pada tahun 1999 gagasan itu disampaikan kepada warga masyarakat Bakalan dan langsung mendapat tanggapan positif. Akhirnya mulailah dirintis Taman Pendidikan Al-Qur’an yang mengambil tempat di rumahnya Ibu Aisyah. Untuk memberi identitas terhadap Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang baru dibentuk maka diberi nama “Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar”. Pada awalnya hanya anak-anak yang terbiasa mengaji di mushollah itu saja yang mengikuti pendidikan secara rutin, namun lambat laun berkembang ke mushollah-mushollah lain dan akhirnya hampir seluruh anak di wilayah Desa Bakalan mengikuti pendidikan di TPQ Al-Kautsar.
    1. Identitas Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Berikut identitas lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar di bawah naungan Koordinator Pendidikan Al-Qur’an Metode Qiro’ati Kecamatan Purwosari :
Nama TPQ : Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar
No. Induk : 01.05.19.009
Kepala TPQ : Ibu Aisyah
Alamat : Bakalan-Purwosari-Pasuruan
Tgl. Berdiri : 04 Agustus 1999
Waktu Belajar : - 03.00 s/d 04.00
- 04.00 s/d 05.00
Libur Dalam Sepekan : Hari Kamis
Khotaman Santri :
Khotam ke-
I
II
III
IV
V
VI
VII
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber Data : Buku Pegangan Lembaga TPQ Al-Kautsar-Bakalan-Purwosari-Pasuruan
    1. Tujuan Dan Target Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Tujuan didirikannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar adalah:
      1. Menjadikan anak (santri) agar tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang Qur’ani dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.
      2. Menjadikan anak sebagai generasi yang berakhlak (berakhlak baik).
Untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu:
- Anak (santri) mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
- Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat lima waktu serta terbiasa hidup berdasarkan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya.
- Santri hafal do’a sehari-hari dan mengerti cara menulis huruf-huruf al-Qur’an.
    1. Kepengurusan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Sejak berdirinya, kepengurusan Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar sudah mengalami beberapa pergantian pengurus. Sampai sekarang secara struktural Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar dikelola oleh :
Pelindung : Bapak Hazmul Ulum
Kepala TPQ : Ibu Aisyah
Sekretaris : Ibu Lailah Alfiyah
Bendahara : Ibu Elisa Hardi


    1. Keadaan Ustadz/Ustadzah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Tenaga pengajar merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam mendirikan dan melaksanakan pembelajaran di lembaga pendidikan al-Qur’an. Oleh karena itu kehadiran, partisipasi dan kepedulian mereka terhadap terlaksananya kegiatan belajar mengajar sangat menunjang sekali. Untuk mengetahui secara jelas keberadaan Ustadz/Ustadzah Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar, maka akan diperinci sebagai berikut :
TABEL I
DATA USTADZ/USTADZAH
TPQ AL-KAUTSAR BAKALAN PURWOSARI
TAHUN AJARAN 2009/2010
NoNama
L/P
Nomor Syahadah
Pendidikan Terakhir
Jabatan Jilid/Kelas
1Aisyah
P
S.1422.01.09.947
Pesantren
Kepala TPQ
2Sa’adah
P
S.1424.01.08.817
Pesantren
1 dan 2
3Ni’matul Husna
P
S.1424.01.08.816
Pesantren
4
4Susilowati
P
S.1427.01.08.3059
SMP
Ghorib+Tajwid
5Nurul Hidayati
P
S.1425.01.08.1311
Pesantren
5 dan 6
6Lailah Alfiyah
P
S.1427.01.08.3042
MAN
Juz 27
7Elisa Hardi
P
S.1427.01.08.3057
SMA
3 dan 4
8Ida Royani
P
S.1427.01.08.3056
SMA
2 dan 3
Sumber Data: Buku Pegangan Lembaga TPQ Al-Kautsar-Bakalan Purwosari-Pasuruan
    1. Keadaan Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Kehadiran santri dalam sebuah lembaga pendidikan al-Qur’an sangatlah penting karena tanpa adanya santri maka proses belajar mengajar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Jumlah santri secara keseluruhan yang tercatat dalam Buku Daftar Induk di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar di Desa Bakalan sejumlah 118 santri, ini tidak termasuk data santri yang telah diwisuda. perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II
DATA SANTRI
TPQ AL – KAUTSAR BAKALAN PURWOSARI
TAHUN AJARAN 2009/2010
NoJilid / Kelas
Putra
Putri
Jumlah
1Pra TK
5
12
17
2Jilid 1
1
-
1
3Jilid 2
9
8
17
4Jilid 3
17
9
26
5Jilid 4
9
14
23
6Jilid 5
5
4
9
7Juz 27
2
3
5
8Jilid 6
5
1
6
9Al-Qur’an
-
2
2
10Ghorib
1
8
9
11Tajwid
-
3
3
12Finishing
-
-
-
Jumlah
54
64
118
Sumber data : Buku Pegangan Lembaga TPQ Al-Kautsar-Bakalan-Purwosari-Pasuruan
    1. Sarana Dan Prasarana Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen pendidikan yang harus dipenuhi, seperti juga di TPQ Al-Kautsar. Beberapa dari sarana dan prasarana TPQ Al-Kautsar berikut ini :
    • Gedung Swadaya Masyarakat
Gedung ini merupakan partisipasi dari masyarakat setempat dan para wali santri. Dikatakan swadaya masyarakat karena gedung ini dibangun oleh masyarakat setempat sendiri baik secara tenaga maupun materi. Gedung ini bisa dijadikan kurang lebih 5 kelas sesuai dengan jumlah santri yang hadir (masuk).
- Almari memiliki 1 buah
Tempat penyimpanan arsip-arsip penting lembaga.
- Peraga 7 buah
Peraga berisi kumpulan materi ajar dalam tiap jilid yang digunakan untuk belajar secara klasikal.
- Papan Tulis 4 buah
Tidak semua kelas menggunakan papan tulis karena sudah ada peraga sebagai sarana belajar.
- Dampar atau Alas Tulis 30 buah
Dampar di sini digunakan sebagai alas tulis dan menaruh kitab santri. Satu dampar bisa dipakai dua sampai tiga santri sekaligus.
- Sound System 2 set
Sound system ini digunakan bilamana ada kelas besar dan bila ada pertamuan wali santri.
    1. Metode Pendidikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Dalam mendidik / membina anak (santri) metode pembinaan yang digunakan adalah secara klasikal dan juga secara perorangan (privat). Metode klasikal yaitu membimbing anak (santri) secara kelompok berdasarkan pembagian kelas. Metode ini dilakukan pada waktu kegiatan belajar mengajar khususnya dalam penyampaian materi-materi tambahan. Dengan cara Ustadz/Ustadzah memimpin satu kelas untuk menyampaikan materi pelajaran kepada para santri. Metode ini dilakukan misalnya pada saat Ustadz/Ustadzah menyampaikan materi hafalan do’a sehari-hari dan hafalan bacaan sholat. Pada awal penyampaiannya, Ustadz/Ustadzah menunjuk seorang santri untuk tampil ke depan kelas untuk memimpin membacakan materi hafalan dan ditirukan oleh teman-temannya, kemudian Ustadz/Ustadzah mengajak para santri menghafal materi-materi tersebut, diulang-ulang sampai santri benar-benar hafal dan fasih. Penguasaan santri terhadap materi yang diklasikalkan tersebut dicek (dievaluasi) oleh Ustadz/Ustadzah secara individual (satu persatu). Selain itu metode bimbingan kelompok juga dilakukan misalnya ada sekelompok atau beberapa anak yang telah melakukan kesalahan. Bimbingan ini dapat berupa nasihat tentang bagaimana bersikap dan bertingkah laku yang baik atau juga dapat berupa hukuman (sanksi). Hukuman atau sanksi yang berlaku di TPQ Al-Kautsar yaitu dalam bentuk menghafal do’a-do’a atau disuruh menyapu.
Sedangkan metode bimbingan perorangan (privat) yaitu membimbing anak secara perseorangan. Metode ini dilakukan dalam penyampaian materi pokok, yang merupakan waktu untuk belajar membaca al-Qur’an. Dalam tahap privat ini, masing-masing Ustadz/Ustadzah megajar para santri secara bergantian satu persatu dengan prinsip CBSA, artinya santrilah yang aktif membaca buku pegangan sedangkan guru hanya mengawasi dan menyimak bacaan santri satu persatu, serta menegurnya sewaktu ada kesalahan.
Selain itu metode bimbingan perseorangan (privat) dilakukan bila ada permasalahan yang bersifat pribadi. Seperti diungkapkan Oleh Ibu Aisyah :
Metode perseorangan dilakukan ketika ada anak yang mengalami permasalahan kesulitan menguasai materi pelajaran sedangkan anak lain sudah bisa” (wawancara tgl.04 Januari 2010, di kantor TPQ Al-Kautsar).
Hal ini dilakukan agar anak tersebut tidak malu kepada teman-temannya.
Dengan metode perseorangan, maka jarak antara pengasuh (Ustadz/ Ustadzah) dan anak (santri) makin dekat. Metode ini diberikan dalam bentuk nasihat-nasihat terhadap anak.
    1. Kegiatan Belajar Mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Menurut keterangan Kepala TPQ Al-Kautsar Ibu Aisyah, karena keterbatasan tenaga dan waktu maka dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar santri mendapat kesempatan belajar selama satu jam setiap harinya kecuali hari kamis libur. Sedangkan jadwal kegiatan belajar mengajar berdasarkan alokasi waktu adalah sebagai berikut :
Kelas A : Mulai pukul 15.00-16.00.
Kelas B : Mulai pukul 16.00-17.00.
Sebelum dimulai pendidikan, santri terlebih dahulu diadakan penjajagan untuk mengetahui tingkat kemampuan penguasaan terhadap materi pendidikan. Dari pengamatan dijumpai dalam satu kelas tingkat belajarnya tidak sama. Misalnya pada kelas A jilid 2 ada yang mempelajari halaman 11 dan ada pula yang mempelajari halaman 6 maupun 3 dalam waktu yang sama.
Bila ada santri yang dipandang telah menguasai materi dengan benar, mereka diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dengan terlebih dahulu menyodorkan kartu prestasi untuk ditandatangani oleh Ustadz maupun Ustadzahnya. Bagi anak yang belum menguasai benar, masih tetap belajar pada tingkatnya sampai anak (santri) tersebut bisa dengan benar.
Pada akhir tahun ajaran dimana santri telah selesai dan dapat membaca al-Qur’an, ghorib, tajwid dan materi tambahan dengan benar maka diadakan khataman atau wisuda santri.
Selain kegiatan yang dilakukan secara rutin setiap harinya, di TPQ Al-Kautsar juga selalu mengadakan Pengajian Akbar (ceramah keagamaan) yang sifatnya umum dalam rangka memperingati Maulud Nabi Besar Muhammad SAW ataupun peringatan Isra’ Mi’raj.
  1. Peran Serta TPQ Al-Kautsar Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Anak
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar, menjadikan anak memiliki akhlak yang baik dengan berpegang teguh pada ajaran Islam adalah merupakan salah satu tujuan dari didirikannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar. Maka dari itu pembinaan akhlak anak sangat diutamakan. Pembinaan akhlak anak dilakukan dengan memberikan bimbingan keagamaan secara intensif terhadap anak (santri). Ibu Aisyah selaku pengasuh TPQ mengatakan bahwa :
Pembinaan akhlak dilakukan sekaligus dalam pembinaan agama. Hal ini karena pembinaan keagamaan bertujuan mengarahkan anak, sehingga anak diharapkan mempunyai pandangan hidup, sikap dan dapat bertingkah laku secara Islami, sehingga perbuatannya berasaskan amal saleh” (wawancara tgl.04 Januari 2010, di Kantor TPQ Al-Kautsar).
Dalam rangka Peningkatan pendidikan agama Islam anak dalam pembinaan akhlak yang dilakukan di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar terdapat beberapa hal-hal sebagai berikut :
  1. Materi Pelajaran
Dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar materi pembinaan yang diberikan meliputi:
    1. Materi Pokok
Materi pokok yang diajarkan adalah kemampuan membaca al-Qur’an yang dimulai dengan jilid 1 sampai 6, al-Qur’an, ghorib dan tajwid. Sekalipun setiap muslim wajib iman kepada semua Kitabullah, tetapi seorang muslim hendaknya hati-hati karena hanya Kitabullah Al-Qur’an yang dijamin kemurniannya. Dengan keyakinan tersebut betapa penting peranan orang tua dalam menjembatani anaknya untuk dapat membaca, memahami, dan menghayati kandungan al-Qur’an yang terdiri dari :
- Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, Qodho dan Qodhar.
- Prinsip-prinsip syari’ah yaitu tentang ibadah (shalat, zakat, puasa, haji).
- Janji dan ancaman, seperti janji orang yang baik, dan ancaman bagi orang-orang yang berbuat dosa.
- Sejarah, seperti sejarah Nabi, bangsa-bangsa terdahulu, dan masyarakat terdahulu.
- Ilmu pengetahuan dan teknologi.
    1. Materi Tambahan
Selain dituntut berkemampuan membaca al-Qur’an, anak (santri) dibimbing pula dengan materi tambahan yang berfungsi sebagai bekal amalan dan ibadah. Materi-materi tersebut adalah Belajar menulis Arab, hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan shalat, hafalan Hadits, hafalan do’a sehari-hari, Praktek ibadah, dan lain-lain. Meskipun sebagai materi tambahan, namun dalam penyampaiannya termasuk diprioritaskan khususnya dalam rangka pembinaan akhlak anak. Materi tambahan lain yang cukup diprioritaskan dalam pembinaan akhlak adalah hafalan bacaan shalat dan hafalan do’a sehari-hari.
    1. Hafalan Bacaan Shalat
Hafalan bacaan shalat ini dalam penyampaiannya diprioritaskan karena shalat dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terlihat dari pernyataan yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul, yaitu:
  1. Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa sebagaimana firman Allah SWT (Q.S. Al-Baqarah (2) : 3).
  2. Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia (Q.S. Al-Mu’minun (23) : 1-2)
  3. Shalat mempunyai peranan untuk menjauhkan diri dari pekerjaan jahat dan munkar (Q.S. Al-Ankabut (29) : 45).
  4. Shalat dinilai sebagai tiang agama (Hadits Nabi SAW).
  5. Shalat merupakan kewajiban yang paling pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Peristiwa Isra’ Miraj).
Setelah hafal bacaan shalat diharapkan santri bisa melaksanakannya walaupun belum memenuhi syarat dan rukun-rukunnya. Semua umat Islam telah meyakini bahwa shalat adalah kewajiban yang harus dijalankan dalam rangka mendekatkan diri dengan Allah. Dari shalat dapat kita ambil hikmahnya agar kita berbuat disiplin baik waktu maupun tata caranya. Kedisiplinan ini harus diajarkan pada anak-anak kita dengan memberinya pembiasaan-pembiasaan yang sesuai norma dan kaidah agama.
Pada TPQ Al-Kautsar anak dididik dan dilatih untuk melakukan shalat dan membaca al-Qur’an agar pada diri anak tertanam rasa disiplin yang bertanggung jawab. Untuk menanamkan kedisiplinan, setiap waktu shalat maghrib tiba, anak-anak diwajibkan melaksanakan jama’ah shalat Maghrib dengan diperhatikan tata cara dan sebelumnya diperhatikan urutan berwudlunya.
    1. Hafalan Do’a Sehari-hari
Diharapkan dengan hafalan doa harian, santri akan terdorong untuk bisa hidup dalam suasana Islami. Untuk itu doa-doa ini tidak hanya dihafalkan tetapi langsung dipraktekkan dalam kehidupan nyata dibawah bimbingan Ustadz/Ustadzah dan orang tuanya.
Do’a-do’a yang dimaksud antara lain: Do’a kebaikan dunia akhirat, do’a untuk Ibu Bapak, do’a akan tidur dan sehabis tidur, do’a makan dan sehabis makan, do’a masuk dan keluar kamar kecil, do’a usai adzan dan do’a selesai wudlu,dan lain-lain. Dengan menghafal do’a-do’a tersebut anak akan terbiasa hidup disiplin, setia, hormat, cinta damai, peka, baik hati dan tidak egois.
Menurut pengasuh Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar yang kami wawancarai, yaitu Ibu Aisyah menyatakan bahwa:
Upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak dalam pembinaan akhlak ini tidak akan berhasil jika orang tua tidak ikut membimbing dan membantunya”. (wawancara tgl.04 Januari 2010, di Kantor TPQ Al-Kautsar).
Untuk itu kepada orang tua agar selalu membimbing dan mengawasi perilaku anak-anaknya dengan cara melatih serta membiasakan anak-anak untuk selalu mempraktekkan do’a-do’a tersebut di atas dalam kehidupan sehari-hari.
TPQ sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an juga sangat berperan bagi pendidikan agama Islam anak seperti pengetahuan tentang ibadah, aqidah, dan akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca tulis al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah, aqidah, dan akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.
Dalam rangka upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak dengan pembinaan akhlak di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar, maka TPQ mempunyai cara-cara khusus untuk menanamkan sifat-sifat yang terkandung dalam akhlak tersebut, yaitu:
  1. Membekali akal pikiran anak dengan ilmu pengetahuan
Salah satu pembinaan akhlak yang dilakukan di TPQ adalah memberikan bekal ilmu pengetahuan untuk mengisi akal pikiran anak (santri). Dengan cara selain memberikan materi pokok juga memberikan materi tambahan seperti ilmu tentang ibadah, aqidah, dan akhlak. Hal ini dilakukan agar santri mempunyai pengetahuan cukup tentang ajaran-ajaran agama Islam yang berfungsi sebagai bekal amalan sehari-hari.
  1. Mengupayakan anak (santri) bergaul dengan orang-orang baik
Dalam pembinaan akhlak anak, TPQ mengupayakan agar sedapat mungkin santri dapat bergaul dengan orang-orang yang baik. Hal ini terkait dengan sifat anak yang senang mencontoh lingkungan dan mudah dipengaruhi. Dengan mengupayakan santri bergaul dengan orang-orang yang baik, diharapkan mereka mendapatkan pengaruh yang baik dari orang-orang yang baik itu.
  1. Mendorong anak meninggalkan sifat pemalas
Terkait dengan sifat pemalas ini, beberapa santri mengiyakan bahwa mereka terkadang malas untuk mengikuti TPQ. Rasa malas ini biasanya timbul karena anak merasa lelah setelah mereka beraktifitas seharian. Wujud kemalasan itu misalnya tidak mengerjakan PR. Untuk menghadapi sifat malas ini, TPQ memberikan sanksi bagi siapa saja yang melanggar peraturan TPQ.
  1. Membimbing anak merubah kebiasaan buruk
Dalam pembinaan akhlak, mengurangi dan menghilangkan kebiasaan buruk merupakan sasaran penting dalam pembinaan. Jika kebiasaan buruk anak tidak dicegah dan dihilangkan maka dapat mempengaruhi santri lainnya. Untuk merubah kebiasaan buruk dan sifat-sifat yang buruk itu diperlukan kemauan yang keras dari anak, tekad membaja dan kesadaran yang mendalam. Untuk itu semua, peran para Ustadz/Ustadzah TPQ sangatlah besar karena sulit bagi anak melakukannya sendiri tanpa bimbingan dari orang dewasa.
Cara TPQ dalam membimbing santri agar dapat merubah kebiasaan buruk dapat juga berupa nasihat perorangan dan nasihat secara kelompok melalui cerita keteladanan Nabi atau Rasul. Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif di dalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis, dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip-prinsip Islam. Agar santri tidak melakukan pelanggaran, Ustadz/Ustadzah juga memperingatkan santri dan meminta untuk tidak mengulangi perbuatan buruknya dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukannya.
Berkaitan dengan akhlak, maka dari hasil pengamatan dan wawancara dengan para informan bahwa ada peranan TPQ yang sangat menonjol dalam pembinaannya terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat yang terkandung dalam akhlak yaitu : sifat hormat, kedisiplinan, kejujuran, adil dan murah hati. Sifat-sifat itu terpancar dalam bentuk sikap dan perilaku yang dilakukan oleh anak (santri) dalam kehidupan sehari-harinya.
Penanaman sifat hormat terasa sekali pada waktu anak bergaul dengan orang lain baik yang sebaya usianya maupun dengan yang lebih tua. Bila anak berbicara dengan orang lain yang lebih tua sikapnya lebih sopan dan tutur bahasanya lebih baik bila dibandingkan pada waktu berbicara dengan teman sebayanya. Demikian pula perilakunya bila ia berjalan di kerumunan orang banyak, ia akan menundukkan kepala sambil memberi salam.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu Suniah, salah seorang wali santri :
Sikap hormat anak betul-betul saya rasakan terutama setelah anak saya mengikuti pendidikan di TPQ, ia selalu mengucapkan salam dan mencium tangan saya jika mau berangkat maupun setelah bepergian baik ke sekolah pagi maupun ke TPQ” (Wawancara Tgl. 06 Januari 2010, di sekolahan TPQ Al-Kautsar).
Lain halnya dengan apa yang dikemukakan oleh Ibu Mardiyah, salah seorang wali santri, ia mengemukakan bahwa:
Sebagai orang tua saya selalu mengajarkan anak saya supaya bertutur kata lembut kepada siapa saja tapi kadang-kadang anak saya tidak mengindahkan perintah saya. Namun setelah anak saya mengikuti pendidikan di TPQ, sikap dan perilakunya berubah, sekarang kepada siapapun dia bertutur kata lembut terutama kepada orang yang lebih tua” (Wawancara Tgl. 06 Januari 2010, di Sekolahan TPQ Al-Kautsar).
Rasa hormat yang ditunjukan anak semata-mata merupakan hasil didikan orang tua dan lembaga-lembaga lain yang terkait dalam hal ini adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an. Berkaitan dengan sifat kejujuran, anak (santri) di TPQ diwajibkan menyerahkan kartu prestasi bila telah menguasai atau menghafal salah satu surat-surat pendek, bacaan shalat, atau do’a sehari-hari untuk ditandatangani oleh Ustadz/Ustadzah. Anak yang jujur tidak akan minta tanda tangan Ustadz/Ustadzah sebelum ia menguasai benar materi yang diterimanya. Bagi anak yang sudah mampu ia akan bangga bila kartunya telah ditandatangani yang berarti ia lebih dahulu bisa dibanding dengan temannya.
Selain itu sifat kejujuran akan terpancar dalam perilaku anak seperti yang dikemukakan oleh Ibu Sa’adah, seorang Ustadzah di TPQ tersebut, beliau mengatakan bahwa:
’’Kami menanamkan kejujuran dengan berbagai cara misalnya, setiap hari Jum’at anak (santri) saya suruh mengumpulkan infak tetapi pada suatu ketika infak tidak saya tarik, dan saya memonitor kepada wali santri hari berikutnya apakah anak bapak/ ibu menyampaikan bahwa hari kemarin tidak dipungut infaq? Ternyata banyak wali santri yang menjawab bahwa uang yang untuk infak masih utuh dan dikembalikan kepada kedua orang tuanya”. (Wawancara Tgl. 08 Januari 2010, di Kantor TPQ Al-Kautsar).
Dengan begitu anak sudah berlaku jujur dan berbuat disiplin sesuai dengan jadwal waktu dan tanggung jawabnya.
Mengenai penanaman sifat adil pada anak (santri) dilakukan dengan pembiasaan perilaku sehari-hari yang dikaitkan dengan materi pokok maupun materi tambahan. Contoh, setiap santri mendapat tugas dan perlakuan yang sama serta kewajiban dan hak yang sama pula. Hal ini dibenarkan oleh Lely, seorang santri TPQ yang menyatakan:
Suatu ketika saya dan teman saya tidak menghafalkan do’a setelah wudhu’ yang sudah disuruh oleh Ustadzah kami, akhirnya kamipun menerima sanksi, dan sanksi yang diberikan kepada kamipun sama yaitu kami disuruh membaca do’a tersebut sebanyak 3x dan pelan-pelan menghafalnya. Kami melaksanakan sanksi tersebut dengan penuh tanggung jawab karena sudah menjadi kewajiban kami. Walaupun ada rasa malu pada teman-teman” (Wawancara Tgl. 10 Januari 2010, di Sekolahan TPQ Al-Kautsar).
Bentuk penumbuhan sifat murah hati di TPQ dilakukan dengan mengadakan acara-acara khusus misalnya mengunjungi teman yang sakit, membantu teman yang mengalami musibah dan memberikan infak/sodaqoh. Pada kenyataannya hal tersebut memang benar, berdasarkan hasil pengamatan para santri di TPQ selalu memberikan infak setiap hari sabtu dan mereka terlihat ikhlas memberikannya.
Untuk menanamkan sifat-sifat yang terkandung dalam akhlak tersebut di atas sebaiknya antara orang tua dengan TPQ dan masyarakat sekitar harus ada kerjasama yang berkesinambungan dan saling mendukung sehingga apa yang diprogramkan oleh TPQ dapat berjalan dengan lancar dan apa yang diinginkan oleh orang tua juga dapat terwujud. Supaya pembinaan itu dapat cepat tercapai dan hasilnya baik maka harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
  1. Mulailah pembinaan itu sebelum terlambat, yaitu anak mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
  2. Pembiasaan itu hendaklah terus-menerus atau berulang-ulang, biasakan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis, untuk itu dibutuhkan pengawasan.
  3. Pendidik hendaklah bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak melanggar pembiasaaan yang telah ditetapkan.
  4. Pembiasaan yang mula-mula mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam berpijak untuk mencapai cita-cita yang ideal, yaitu bahwa idealitas Islam dijadikan daya pokok tanggung jawab kultural-edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga-lembaga pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari idealitas umat Islam.

BAB V
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Berdasarkan dari paparan hasil penelitian tentang peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar di Desa Bakalan Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak, dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar di Desa Bakalan Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan didirikan oleh bapak Hazmul Ulum pada tanggal 04 Agustus 1999 dan sampai sekarang mempunyai 8 Ustadz/Ustadzah dan 118 santri dengan kepala TPQ Ibu Aisyah. Taman Pendidikan Al-Qur’an ini menggunakan metode Qiro’ati yang berdiri di bawah naungan Koordinator Pendidikan Al-Qur’an Kecamatan Purwosari.
  2. Peranan yang dilakukan Taman Pendidikan Al-Qur’an dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak dalam pembinaan akhlak adalah sebagai berikut:
  • penyampaian materi pelajaran, penggunaan metode, dan pelaksanaan kegiatan. Materi pembinaan akhlak anak terdiri dari materi pokok (kemampuan membaca al-Qur’an) dan materi tambahan (hafalan bacaan shalat dan hafalan do’a sehari-hari).
  • M
    58
    etode pembinaan akhlak dilakukan secara privat (perorangan) dan klasikal (kelompok) baik dalam penyampaian materi pembinaan maupun ketika ada permasalahan yang dihadapi santri melalui nasihat dan sanksi. Kegiatan pembinaan akhlak pada dasarnya dilakukan rutin setiap hari melalui kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga, TPQ mengadakan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar melalui pengajian akbar (ceramah keagamaan) yang sifatnya umum dan dilakukan pada waktu tertentu.
  • Pembinaan akhlak anak dilakukan dengan melatih dan membiasakan anak/santri untuk bersikap dan berperilaku hormat, kedisiplinan, kejujuran, adil dan murah hati.
  1. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut :
  1. Bagi Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar, pembinaan akhlak yang dilakukan sudah sangat baik, namun ada hal-hal yang perlu untuk diperbaiki seperti pengelola hendaknya menguasai manajemen penyelenggaraan TPQ dengan baik, misalnya mengupayakan jumlah Ustadz/Ustadzah agar memadai dengan jumlah santri. Penyuluhan yang telah dilakukan oleh pengelola/pengurus TPQ kepada warga masyarakat mengenai pentingnya Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi perkembangan jiwa anak hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
  2. Bagi orang tua santri dan masyarakat, hendaknya terus meningkatkan dukungan terhadap keberadaan TPQ baik dukungan material maupun spiritual, seperti selalu membantu TPQ jika TPQ mengadakan kegiatan. Baik bantuan tenaga maupun materi. Bagi orang tua santri diusahakan untuk selalu membayar uang shahriyah secara tepat waktu sebagai iuran wajib tiap bulan bagi pendidikan anaknya di TPQ.
  3. Bagi anak/santri, hendaknya mengikuti pembinaan dengan sungguh-sungguh dan rajin serta berusaha untuk membantu kelancaran pembinaan dengan cara menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku di TPQ.