Disampaikan
oleh : Mukhamad Rusdi**
*)
Makalah untuk “Pelatihan Hisab”
yang dilaksanakan di Balai Diklat Pandaan , pada tanggal 21 Juli 2010
**) Anggota Lajnah
Falakiyah PCNU Kab. Pasuruan. Alamat: Jl. Raya Umbulan Km.1 Winongan
Kidul Winongan Pasuruan Jawa Timur. Telp (0343)4920483 HP.
085815030215 e-mail : averuz83@yahoo.co.id
بسم الله الرحمن الرحيم.
الحمد لله الذى جعل الشمس ضياءً
والقمرَ نوراً وقدّره منازلَ حتى عاد كا
لعرجون القديم.
أشهد أن لااله إلاالله الملك
الحق المبين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
الصادق الوعد الأمين.
والصلاة والسلام علىخير عباد
الله سيدنا محمد ابن عبد الله وعلىآله
واصحابه ومن والاه والذين يراعون الشمس
والقمر لذكر الله .أما
بعد فهذه رسلة "نور
الانوار"
فى حساب السنين والهلال.ارجو
ان تكون منفعة
I.
PENDAHULUAN
Di Indonesia
mayoritas orang-orang muslimnya memakai madhab Syafi'i. Seperti yang
telah kita ketahui bersama; di dalam madzhab Syafi'i kita ketemukan
adanya pendapat ulama' yang mengatakan bolehnya pemakaian ilmu hisab
dalam menentukan masuknya awal bulan hijriyah, oleh karena itulah
tidak heran kalau ilmu hisab di Negara kita ini berkembang sedemikian
pesatnya, hal ini bisa kita lihat dari adanya berbagai macam sistem
hisab awal bulan yang berkembang di Indonesia, diantaranya:
-
Astronomical Algorithms, oleh Jean Meeus, Belgia, Eropa. -
Badiatul Mitsal , oleh Ma’shum bin Ali, Jepara -
Ephemeris Hisab Rukyah, oleh Depag RI -
Fathur Roufil Mannan, oleh Abu Hamdan Abdul Jalil, Kudus -
Hisab Awal Bulan, oleh Sa’adoeddin Djambek, Jakarta -
Hisab Urfi dan Hakiki, oleh KRT Wardan, Yogyakarta -
Ittifaqu Dzatil Bain, oleh KH M Zuber, Gresik -
Al-Khulashotul Wafiyah, oleh Zubair Umar Al-Jaelani, Salatiga -
Al-Manahijul Hamidiyah, oleh Abdul Hamid Mursiy -
Matlaus Sa’id, oleh Husein Za’id, Mesir -
New Comb, oleh LAMY, Yogyakarta -
Nurul Anwar, oleh Nur Ahmad Shidiq Saryani, Jepara -
Qowa’idul Falakiyah, oleh Abdul Fatah At-Thuhi, Mesir -
Sullamun Nayyiroin, oleh Mohammad Mansur bin Abdul Hamid, Jakarta -
Risalatul Qomaroin, oleh KH Nawawi, Kediri. -
Dan lain-lain.
Dari sekian buku
hisab awal bulan diatas, buku Nurul Anwar karangan KH. Nur Ahmad S.
merupakan buku hisab awal bulan yang modern dan memiliki keistimewaan
antara lain :
-
Sistem penggarapannya tidak lagi menggunakan buruj, melainkan dengan derajat. -
Alat pembantunya menggunakan kalkulator/computer. -
Proses pemahamannya sangat mudah dan simple -
Dapat menentukan posisi kedudukan Matahari, Bulan, Gerhana Bulan dan Matahari, kapanpun dan dimanapun bersifat internasional. -
Data-datanya sangat tepat dan akurat.
Di dalam makalah ini akan dibahas cara penentuan awal bulan hijriyah dengan menggunakan metode kitab Nurul Anwar, hanya saja penggunaan Rubu' dalam Kitab Klasik diganti dengan kalkulator dengan pertimbangan kepraktisan dan keakuratan yang lebih tinggi. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh ada baiknya jikalau kita mengetahui istilah-istilah yang berada dalam dunia ilmu Falak hususnya istilah yang ada dalam kitab Nurul Anwar sehingga diharapkan kita akan lebih cepat mengerti dan bisa dalam menentukan awal bulan hijriyah dengan metode kitab tersebut.
Berikut beberapa istilah dalam dunia ilmu Falak dan kitab Nurul Anwar beserta penggambarannya:
1. قطب
الأرض
Coba hadirkan dalam
hayalan kita sebuah bola langit dan ditengah-tengahnya bola dunia;
yang bentuknya lebih kecil. Hayalkan bola bumi itu berputar dari
barat ke timur, menurut suatu pola seolah-olah ia berputar pada
sebuah poros. Kita akan melihat semua titik di permukaan bola bumi
itu bergerah dari barat ke timur pula, kecuali dua buah titik yang
tidak bergerak, satu di utara dan yang satunya di selatan. Kedua
titik ini dinamakan قطب
الأرض,
yang dalam bahasa Indonesianya dinamakan Kutub
Bumi (kutub bumi utara dan kutub bumi
selatan). Sekarang tariklah sebuah garis tegak lurus pada kedua قطب
الأرض tersebut
hingga mencapai bola langit, maka ujung garis itu akan menyentuh
suatu titik pada bola langit yang dinamakan Kutub
Langit. Kutub langit utara berada tepat di
atas kutub bumi utara sedangkan kutub langit selatan berada tepat
diatas kutub bumi selatan
-
الإستوء خط
Buatlah suatu
lingkaran secara melintang pada bola dunia yang membelah bola dunia
menjadi dua bagian yang sama (masing-masing 90),
yakni belahan utara dan selatan. Lingkaran tersebut dinamakan الإستوء
خط yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan
Khatulistiwa Bumi.
Jika lingkaran
khatulistiwa diperbesar hingga mencapai bola langit, maka pada bola
langit tercipta sebuah lingkaran yang dinamakan النهار
معدل,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan
Khatulistiwa langit atau
Equator.
-
الأرض طول , السماء طول dan البلد طول
Sekarang mari kita
berdiri diatas permukaan bumi. Kemudian tariklah dari tempat kita
berdiri sebuah garis lurus ke utara sampai ke kutub utara, dan ke
selatan sampai ke kutub selatan. Garis itu dinamakan الأرض
طول
yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Garis
Bujur Bumi atau yang dikenal dengan sebutan
garis bujur saja.
Sedangkan jika
garis bujur bumi diperluas hingga mencapai bola langit, maka pada
bola langit tercipta sebuah garis, garis inilah yang dinamakan السماء
طول
, dalam
bahasa Indonesianya : Garis Bujur Langit.
Kesepakatan
internasional menetapkan permulaan perhitungan garis bujur bumi
(bujur 0), di mulai pada garis
bujur yang melintasi kota Greenwich di Inggris. Jarak antara garis
bujur yang melintasi suatu tempat dengan garis bujur yang melintasi
kota Greennwich itulah yang dinamakan البلد
طول,
dalam bahasa Indonesianya Bujur Tempat. Dari bujur Greenwich
ke arah timur sampai 180
dinamakan bujur timur yang ditandai nilai negatip, dan ke arah barat
sampai 180 dinamakan bujur
barat, nilainya positip. Tanda nilai bujur ini berhubungan dengan
waktu, artinya untuk mendapatkan standar waktu internasional GMT
(UT), wilayah timur (bujur timur) harus dikurangi angka tertentu.
Sebaliknya, bujur barat harus ditambah angka tertentu.
Garis bujur timur
180 dan garis bujur barat 180
bertemu dan berhimpit dilautan Pasifik dan dijadikan garis batas
tanggal dalam penanggalan Masehi.
-
البلد عرض
Jarak dari tempat
kita berdiri tadi sepanjang garis bujur sampai ke khatulistiwa bumi
dinamakan البلد
عرض,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan
Lintang Tempat. Jika tempat kita berdiri di
utara khatulistiwa, maka البلد
عرض
kita
bernilai positip dan jika tempat kita berdiri di selatan
khatulistiwa, maka البلد
عرض
kita
bernilai negatip.
-
دائرة نصف النهار
Tetapi jika kita
membuat lingkaran vertikal menurut arah utara dan selatan sehingga
melewati titik kutub langit utara dan titik kutub langit selatan yang
membagi bola langit menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan timur,
maka lingkaran yang kita buat itu dinamakan دائرة
نصف النهار yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Lingkaran
Meridian yakni lingkaran yang menjadi batas
tengah hari.
أفق dan الأفق إختلاف
Coba berputarlah ke
semua arah di tempat kita berdiri, kita akan melihat lingkaran yang
menjadi batas antara belahan langit yang tampak dengan yang tidak
tampak. Lingkaran itulah yang dinamakan Ufuk
(أفق
),
tepatnya Ufuk Mar’i
(ufuk yang terlihat). Di dalam ilmu falak kalau disebut ufuk saja,
maka yang dimaksud adalah Ufuk Sejati, yaitu
lingkaran horizontal yang titik pusatnya pada titik pusat bumi dan
jaraknya 90
dari titik zenit.
Kalau kita buat
lingkaran dipermukaan bumi yang sejajar dengan ufuk sejati, itulah
yang dinamakan Ufuk Hissi, yaitu
bidang datar yang menyinggung bumi yang dipisahkan oleh jarak sebesar
semi diameter bumi dengan ufuk sejati. Akan tetapi karena begitu
besarnya jarak-jarak pada bola langit, maka jarak sebesar semi
diameter bumi itu diabaikan, sehingga ufuk hissi dianggap berhimpit
dengan ufuk sejati.
Kedudukan ufuk
mar’i yang kita lihat tadi, selalu lebih rendah dari ufuk hissi.
Semakin tinggi tempat kita dari permukaan air laut, kedudukan ufuk
mar’i akan semakin rendah. Selisih kedudukan ufuk mar’i dengan
ufuk hissi dinamakan الأفق
إختلاف,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Kerendahan
Ufuk. Singkatannya Dip
-
الإرتفاع
Cobalah kita
mengukur ketinggian titik pusat suatu benda langit sepanjang
lingkaran vertikal yang melalui titik pusat benda langit tersebut
dari garis ufuk, maka hasilnya dinamakan الإرتفاع,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan
Ketinggian. Ketinggian
benda langit biasa diberi tanda positif apabila berada diatas ufuk,
dan di beri tanda negatif apabila berada dibawahnya.
-
الإرتفاع غاية
Cobalah kita
perhatikan perjalanan harian matahari. Pada pagi hari ketinggian
matahari rendah, seiring berjalannya waktu ketinggian matahari
bertambah tinggi, ketika siang hari ketinggian matahari sangatlah
tinggi, setelah itu berangsur-angsur ketinggian matahari itu rendah
kembali hingga akhirnya ketika petang hari ia tenggelam. Ketika
matahari mencapai titik tertinggi dalam perjalanan hariannya itulah
yang dinamakan الإرتفاع
غاية
yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Titik
Kulminasi. Keadaan ini tercapai ketika titik
pusat matahari berada di garis lingkaran meridian. Saat itulah yang
disebut dengan saat tengah hari.
11. دائرة
الميول
Berikutnya, buatlah
lingkaran yang melewati kutub langit selatan dan kutub langit utara,
lingkaran yang kita buat itu dinamakan دائرة
الميول,
dalam bahasa Indonesia dinamakan Lingkaran
Deklinasi
12.
فضل
الدائر
Sudut yang dibentuk
oleh lingkaran meridian dengan lingkaran deklinasi yang melewati
suatu benda langit (misalnya matahari) dinamakan فضل
الدائر,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan sudut
waktu. فضل
الدائر bernilai
positif, jika benda langit yang bersangkutan berada dibelahan langit
sebelah barat dan bernilai negatif jika benda langit yang
bersangkutan berada dibelahan langit sebelah timur
-
منطقة البروج , فلك القمر , حضيض dan أوج
Bumi yang kita
tempati ini sebenarnya melakukan dua perputaran, perputaran pertama
dilakukan bumi pada porosnya yang berlangsung sekali dalam sehari
semalam yang dinamakan Rotasi Bumi,sedangkan perputaran lainnya yaitu
perputaran bumi mengelilingi matahari yang berlangsung satu kali
dalam setahun yang dinamakan Revolusi Bumi. Arah revolusi bumi ini
dari barat ke timur pada sebuah bidang edar (lingkaran edar), itulah
yang dinamakan منطقة
البروج ,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Ekliptika
Sedangkan bulan
yang kita lihat pada malam hari, ia juga melakukan perputaran yaitu
perputaran pada porosnya sendiri yang dinamakan Rotasi Bulan,
kemudian perputaran bulan mengelilingi bumi yang dinamakan Revolusi
Bulan terhadap Bumi dan perputaran bulan bersama-sama bumi
mengelilingi matahari yang dinamakan Revolusi Bulan terhadap
Matahari. Lingkaran edar yang dilintasi bulan dalam berputar
dinamakan فلك القمر,
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Orbit
Bulan. Hanya
saja lingkaran edar bulan (lintasannya) tidaklah sama dengan
ekliptika, tetapi berpotongan dan membentuk sudut sebesar 5
8’. Oleh karena itu kalau kita lihat, posisi bulan terkadang di
utara matahari dan terkadang di selatannya.
Dan perlu kita
ketahui bahwa lintasan bumi ketika mengelilingi matahari ataupun
lintasan bulan ketika mengelilingi bumi berbentuk elips (agak loncong
seperti telur), seperti apa yang dikemukakan oleh Kepler dalam hukum
Kepler I yang berbunyi: “ Setiap planet bergerak pada sebuah
lintasan elips dengan matahari sebagai salah satu titik apinya”.
Oleh karenanya jarak bumi dan matahari atau bulan dan bumi tidak
tetap setiap saat, kadang-kadang dekat dan kadang-kadang jauh. Jarak
terdekatnya dinamakan حضيض
yang
dalam bahasa Inggrisnya dinamakan Perigee dan jarak terjauhnya
dinamakan أوج yang
dalam bahasa Inggrisnya dinamakan Apogee.
14.
تعديل
الوقت atau
تعديل
الزما ن atau
دقائق
التفاوت .
Dampak langsung
dari jarak bumi dan matahari yang tidak tetap yang terkadang jarak
bumi dekat dengan matahari dan terkadang jauh adalah pada
kecepatan gerak bumi sesuai dengan hukum
Kepler II yang berbunyi: “garis penghubung matahari dan planet;
melintasi luas yang sama dalam selang waktu yang sama”, dimana
ketika jaraknya dekat dengan matahari, pergerakan bumi pada lingkaran
ekliptika berlangsung lebih cepat daripada ketika jaraknya jauh.
Sehingga, saat kulminasi matahari setiap hari senantiasa berubah,
kadang persis jam 12:00, kadang kurang dan kadang lebih dari jam
12:00. Selisih antara kulminasi matahari hakiki dengan waktu
kulminasi matahari rata-rata (jam 12:00) dinamakan. تعديل
الوقت atau
تعديل
الزمان atau
دقائق
التفاوت yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Perata Waktu.
15.
برج
Ekliptika terbagi
atas 12 bagian yang masing-masing besarnya 30 drajat. Bagian-bagian
itulah yang disebut برج
yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan rasi bintang atau Zodiac dan
dalam bahasa Inggrisnya Constellation. Keduabelas rasi bintang itu
adalah :
-
Aries (Hamel) -
Taurus (Tsaur) -
Gemini (Jauza’) -
Cancer (Sarothon) -
Leo (Asad) -
Virgo (Sunbulah) -
Libra (Mizan) -
Scorpio (Aqrob) -
Sagitrius (Qous) -
Copricornus (Jadyu) -
Aquarius (Dalwu) -
Pisces (Hut)
16.
حمل
حمل
merupakan
salah satu dari 12 rasi bintang (Buruj),
ia punya keistimewaan tersendiri, karena pada titik
حملtersebut
lintasan matahari dan Ekuator langit berpotongan. Tepatnya ketika
matahari dari arah selatan ekuator menuju utaranya, titik perpotongan
ini dinamakan Titik Vernal Equinok.
Perlu kita ketahui bahwa memang dulu titik vernal equinok ini di arah
rasi Aries, namun akibat presesi sumbu bumi sekarang berada di arah
rasi Pisces dan 700 tahun lagi titik vernal equinok ini akan mencapai
rasi Aquarius. Presesi sumbu bumi, gerakan sumbu rotasi bumi
mengedari kutub ekliptika, siklusnya sekitar 26.000, atau lebih
tepatnya 25.800. Gerak presesi sumbu bumi ini mirip dengan gerak
sumbu gangsing, ekuator bumi bergerak secara perlahan terhadap
ekliptika. Sehingga terjadilah pergeseran titik potong ekuator langit
dengan ekliptika sebesar 50,2 detik busur per tahun ke arah barat
bila dilihat dari arah kutub utara langit.
-
العقدة
Cobalah kita gambar
lintasan matahari atau ekliptika dan lintasan bulan secara
berpotongan. Titik perpotongan antara lintasan bulan dan ekliptika
dinamakan عقدة
yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Titik
Simpul. عقدة
ini
setiap tahun bergeser kearah barat, sekali putaran penuh memakan
waktu 18,67 tahun. Seperti yang telah kita ketahui bersama jumlah
titik simpul ini ada dua, yaitu titik simpul naik (العقدة
الصاعدة)
dan simpul turun (العقدة
النازلة).
-
حصة العرض
Jika kita
menghitung titik pusat bulan sepanjang busur ekliptika ke arah timur;
dimulai dari titik simpul naik, maka hasilnya dinamakan
حصة
العرض
19. طول
الشمس dan
طول
القمر
Perhatikanlah
benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang. kita akan
mendapati bahwa letak benda-benda langit itu tersebar pada bola
langit. Jarak titik pusat benda langit tersebut dari titik Vernal
Equinok sepanjang lingkaran Ekliptika dinamakan طول
Kalau
benda langit tersebut matahari dinamakan طول
الشمس yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Bujur Astronomis Matahari, dimana
kalau belum dilakukan penta’dilan (koreksi) dinamakan وسط
الشمس .Sedangkan
kalau benda langit tersebut bulan dinamakan طول
القمرyang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Bujur Astronomis Bulan, dimana kalau
belum dilakukan penta’dilan dinamakan وسط
القمر.
20.خاصة
الشمس dan
خاصة
القمر
Tetapi kalau kita mengukur jarak titik pusat matahari dari titik Cancer (Saroton) sepanjang lingkaran ekliptika dinamakan خاصة الشمس. Sedangkan kalau yang kita ukur titik pusat bulan dari titik Apogee dinamakan خاصة القمر
21.
بعد
درجة
Dan kalau kita
menghitung jarak benda langit sepanjang Ekliptika dihitung dari titik
yang terdekat diantara titik Aries (Hamel) atau titik Libra (Mizan)
sampai titik pusat benda langit tersebut, maka hasilnya dinamakan
بعد
درجة,
dimana kalau benda langit yang kita hitung itu matahari; hasilnya
dinamakan بعد
درجة الشمسsedangkan
kalau bulan بعد
درجة القمر
22. مطلع الفلكية
Sekarang, bayangkan kita mengukur jarak titik pusat benda langit diukur sepanjang equator; sampai lingkaran deklinasi yang melalui titik Copricornus (Jadyu), maka hasilnya dinamakan مطلع الفلكية , dimana kalau yang kita ukur itu matahari dinamakan مطلع الفلكية للشمس sedangkan kalau bulan dinamakan مطلع الفلكية للقمر
23.
مطلع
الغرب
Sedangkan kalau
kita mengukurnya mulai dari titik Libra (Mizan) sampai dengan ufuk
barat pada saat terbenamnya benda langit tersebut dinamakan مطلع
الغرب,
dimana kalau benda langit yang kita hitung itu
matahari; hasilnya dinamakan مطلع
الغرب للشمس
atau
مطلع
النظير للشمس
dan
kalau benda langit yang dihitung itu bulan; hasilnya dinamakan مطلع
الغرب للقمر
atau
مطلع
النظير للقمر
24.
قوس
المكث
Kalau مطلع
الغرب للقمر
kita
kurangi مطلع
الغرب للشمس maka
hasilnya adalah قوس
المكث yang
merupakan jarak titk pusat matahari dan bulan dilihat dari Equator.
25. مكث
الهلال
Lama hilal diatas
ufuk (paska terbenamnya matahari) yang bisa kita lihat sebelum ia
terbenam
26. نصف
قوس النهار dan
نصف
الفضلة
Umpama kita
menghitung jarak benda langit mulai saat ia berkulminasi sampai
terbenamnya; diukur melalui lingkaran lintasan hariannya ( المدار
)
maka hasilnya itu dinamakan نصف
قوس النهارyang
dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan setengah busur siang.
Jika yang kita hitung itu matahari dinamakan
نصف
قوس النهارللشمس sedangkan
jika yang kita hitung itu bulan; dinamakan نصف
قوس النهار للقمر .
Terus, jika 90 dikurangi نصف
قوس النهار
akan
didapatkan نصف
الفضلة yaitu
jarak diantara diameter المدار
dan
lingkaran ufuk; yang diukur melalui المدار.
27. العرض
Berikutnya, jarak
titik pusat benda langit dari lingkaran ekliptika, dinamakan العرض,
kalau benda langit tersebut matahari dinamakan عرض
الشمس yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Lintang Astronomis Matahari,
sedangkan kalau benda langit tersebut bulan dinamakan عرض
القمر,
dalam bahasa Indonesia dinamakan Lintang Astronomis Bulan.
Sebenarnya
lingkaran ekliptika itu adalah lingkaran yang dilalui oleh matahari
dalam gerak semu tahunannya. Oleh karena itu matahari selalu berada
pada lingkaran ekliptika. Namun karena jalannya tidak rata persis
maka ada sedikit geseran. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari
nilai عرض الشمس
yang
selalu mendekati nol.
Berbeda dengan
nilai lintang astronomis bulan maksimal (عرض
القمر الكلى )
yang nilainya sekitar 5
8’. Nilai positif berarti bulan berada di utara ekliptika dan nilai
negatif berarti bulan berada di sebelah selatan ekliptika.
28. الميل
Jarak titik pusat
benda langit sepanjang lingkaran deklinasi sampai ke equator
dinamakan الميل,
kalau benda langit tersebut matahari
dinamakan ميل
الشمس atau
ميل
الأول للشمس yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Deklinasi
Matahari, sedangkan
kalau benda langit tersebut bulan dinamakan ميل
القمر atau
ميل
الأول للقمرatau
بعد
القمر yang
dalam bahasa Indonesia dinamakan Deklinasi
Bulan, tetapi jika kita mengukur jarak titik
pusat bulan sepanjang bujur astronomi dihitung dari equator sampai
bulan dinamakan ميل
الثانى للقمر .
Dan jika ميل
الثانى للقمر kita
tambahkan عرض
القمر maka
penambahan yang dilakukan tersebut dinamakan حصة
البعد yaitu
jarak titik pusat bulan dari equator.
Nilai الميل
positif
menandakan benda langit tersebut berada di sebelah utara equator,
sebaliknya apabila nilai الميل
negatif,
menandakan benda langit berada di sebelah selatan equator. Sedangkan
nilai الميل
matahari
maksimum dinamakan ميل
الكلى
29. نصف
القطر.
Seumpama kita
mengukur jarak titik pusat benda langit hingga piringan luarnya,
hasil ukuran kita itu dinamakan نصف
القطر ,
kalau benda langit tersebut matahari dinamakan نصف
قطرالشمس yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Semi Diameter Matahari.,
sedangkan kalau benda langit tersebut bulan
dinamakan نصف
قطر القمر
yang
dalam bahasa Indonesianya dinamakan Semi Diameter Bulan
30. سعة
المغرب
Coba kita hitung
jarak terbenamnya titik pusat benda langit pada ufuk dari titik
barat, maka hasilnya dinamakan سعة
المغرب ,
dengan catatan jika benda langit itu matahari dinamakan سعة
المغرب للشمس
,
sedangkan jika bulan dinamakan سعة
المغرب للقمر
31. سمت
ارتفاع القمر
Umpama kita
menghitung jarak sepanjang lingkaran kaki langit (garis ufuk) yang
dihitung dari titik barat sampai lingkaran vertikal yang melalui
bulan, maka hasilnya dinamakan سمت
ارتفاع القمر
32.
نورالهلال
Berikutnya, coba
kita perhatikan besarnya piringan bulan yang bersinar (menerima sinar
matahari dan menghadap ke bumi), kita akan melihat bulan itu
terkadang berbentuk sabit, seminggu kemudian kita akan melihat :
piringan bulan yang bersinar separohnya dan sekitar seminggu lagi
kita akan melihat piringan bulan bersinar seluruhnya (bulan purnama)
yang setelah hari itu piringan bulan yang bersinar akan
berangsur-angsur mengecil kembali.
Naaah
…! نورالهلال
itu
menggambarkan piringan bulan yang bersinar dengan satuan ukur Usbu’.
Dimana kalau nilai نورالهلال
=
0 usbu’, menandakan tidak adanya piringan bulan yang bersinar (saat
ijtima’ : bumi, bulan dan matahari sedang persis berada dalam satu
garis) dan kalau nilainya 12 usbu’ menandakan piringan bulan
bersinar seluruhnya (saat istiqbal : bulan, bumi dan matahari sedang
persis berada dalam satu garis). Istilah نورالهلال
dalam
bahasa Indonesia dinamakan besarnya piringan bulan yang menerima
sinar matahari dan menghadapa ke bumi والله
اعلم
Itulah beberpa
istilah dalam Ilmu falak dan kitab Nurul Anwar, untuk lebih jelasnya
bisa kita baca pada buku-buku falak yang lainnya.
II.
PROSES PERHITUNGAN AWAL BULAN
Secara garis besar,
Nurul Anwar melakukan hisab hakiki awal bulan dengan langkah-langkah
sbb:
-
Menentukan posisi rata-rata Matahari dan bulan, yakni untuk wasat Matahari, Khoshoh Matahari, Wasat bulan, Khosoh bulan, dan uqdah bulan pada waktu terbenam matahari (Ghurub menurut waktu Istiwa') untuk suatu tempat menjelang awal bulan qamariyah. -
Menghitung Thul Matahari dan Thul bulan. -
Menentukan waktu terjadinya Ijtima' (Konjungsi) -
Menghitung Irtifa' (Ketinggian) hilal. -
Menghitung arah terbenam matahari dan bulan -
Menghitung Simtul Irtifa' (arah hilal ketika mataharai terbenam) -
Menghitung Muksul Hilal (Lama hilal diatas ufuk) -
Menghitung Nurul Hilal (Lebar Cahaya Hilal)
Keterangan
selengkapnya mengenai langkah-langkah diatas sebagai berikut:
-
Menentukan Posisi rata-rata Matahari dan Bulan
Langkah-langkahnya
sbb:
-
Menentukan awal bulan (qomariyah) apa dan tahun (Hijriyah) berapa yang akan dihitung, serta menentukan untuk lokasi mana. Kemudian dilacak data lokasi yang ybs, yakni lintang tempat (LT) dan bujur tempat (BT) nya. -
Menghitung matahari terbenam (Gurub) untuk lokasi ybs menurut waktu istiwa' pada hari yang ke 29 menjelang bulan ybs (kita bisa menggunakan jadwal waktu solat). -
Mengambil data wasat Matahari, Khoshoh Matahari, Wasat bulan, Khosoh bulan, dan uqdah bulan dari data yang tersedia untuk tahun Tam (1 tahun yang lewat), bulan qoblal Tam (2 bulan yang lewat), hari ke 29 (kadang 28 atau 30), jam dan menit (waktu ghurub matahari) kemudian data tersebut dijumlahkan.
Hasil penjumlahan
adalah posisi rata-rata Matahari dan Bulan pada waktu gurub matahari
untuk Jepara (BT = 110 0
40'). Sehingga apabila dikehendaki perhitungan untuk selain Jepara
maka harus dilakukan koreksi terhadap data posisi matahari dan bulan
senilai selisih waktu antar jepara dan lokasi yang dikehendaki itu /
Fadlu Tulaini (SFT) yakni (110 0
40' - BT) / 15 ). Dengan catatan utuk lokasi disebelah barat Jepara
ditambahkan, sedangkan untuk lokasi ditimurnya dikurangkan.
-
Mengambil Daqa'iqut Tafawut (DT = perata waktu ) dari daftar berdasarkan hasil penjumlahan wasat matahari setelah dikoreksi SFT. Perhatikan tanda positif (=) dan negatifnya (-). -
Menghitung gerak matahari dan bulan selama waktu DT tersebut. -
Gerak matahari dan bulan selama wanktu DT tersebut untuk mengoreksi (menambah atau mengurangi) hasil penjumlahan diatas menurut tanda yang ada pada DT yakni tanda = adalah tambah dan tanda – adalah kurang. -
Hasil koreksian inilah yang merupakan posisi rata-rata matahari dan bulan, yakni wasat Matahari (WS), Khoshoh Matahari (KM), Wasat bulan (WB), Khosoh bulan (KB), dan uqdah bulan (UB) pada waktu gurub matahari untuk lokasi yang telah ditentukan tadi,
-
Menghitung Thul matahari (TM) dan Thul Bulan (TB)
Langkah-langkahnya
sbb:
-
Mengambil beberapa koreksi atau Ta'dil, yaitu :-
Ta'dil Matahari (Td. Mt) -
Ta'dil pertama bulan (T1) -
Ta'dil Khoshoh Bulan3 (T. Khos3) -
Ta'dil Uqdah Bulan (T. uqd.) -
Sabak Matahari (sbk. Mt)
-
Diambil dari daftar
berdasarkan B0 atau khoshoh Matahari (KM)
-
Menghitung Thul Matahari (TM) dengan rumus : -
TM = WM +/- Td.Mt -
Mengambil Ta'dil kedua bulan (T2) dan sabak bulan kedua (Sbk 2) dari daftar berdasarkan dalil Tsani yang diperoleh dari 2 (WB-TM) – KB -
Mengambil Ta'dil ketiga Bulan (T3) dan sabak pertama (Sbk.1) dari daftar berdasarkan KB3' (D3) -
KB3' = Kb + T1 + T2 + T. KHos -
Menghitung wast bulan Muaddal (WB') dengan rumus : -
WB' = WB + T1 + T2 + T3 -
Mengambil Ta'dil keempat bulan (T4) dan sabak ketiga bulan (sbk3) dari daftar berdasarkan dalil Robi' yang diperoleh dengan cara WB' – TM -
Mengambil Ta'dil kelima Bulan (T5) dari daftar berdasarkan dalil Khomis atau Hishotul Ardl (HU), HU di hitung dengan rumus :
HU =
WB + T4 + UB + T.
Uqd
-
Menghitung Thul Bulan (TB) dengan rumus :
TB = WB ' + WB' +
T4 + T5
-
Menentukan Saat Terjadinya Ijtima'
Langkah-langkahnya
sbb:
-
Menghitung Bu'dun Nayyirain (BN) dengan rumus :
BN = TB - TM
-
Menghitung sabak bulan (SB)dengan rumus : -
SB = (Sbk1 + Sbk2 + Sbk3) -
Menghitung titik Ijtima' (T Ijt) dengan rumus : -
T ijt = BN / SB -
Menghitung waktu ijtima' (Ijtima') dengan rumus :
Ijtima' = Gurub +
12 - T Ijt = = > (Waktu Istiwa')
Hasil ijtima' ini
dengan menggunakan waktu istiwa' yakni menggunakan waktu matahari
hakiki. Sehingga apabila dikehendaki dengan WIB (misalnya) maka
harus dilakukakan koreksi dengan DT (Daqoi'iqut Ta'dil) dan
interpolasi waktu WIB yakni (BT - 105)
: 15
IJTIMA' = Ijtima' +
DT – Interpolasi Waktu = = > (Zone Time), atau yang lebih
ringkasnya: Saat Magrib WIB – T Ijt.
D.
Menghitung Irtifa'ul Hilal
Maksudnya
Irtifa'ul Hilal pada saat Magrib paska Ijtima'. Sebelum kita
menentukan Irtifa' ini terlebih dahulu kita harus mengolah data
Matahari dan bulan karena dalam perhitungan irtifa'ul hilal kita
membutuhkan data tersebut
Contoh mengetahui
Irtifa`ul Hilal pada akhir Sya`ban 1431 H.
Thul Matahari (TM)
= 1370 41' 34"
Thul Bulan (TB)
= 1420 7' 44"
Dalil Khomis (HU)
= 2220 22' 2"
Lintang Tempat
Pasuruan (LT) = 70
39' Selatan
Pengolahan Data
Matahari
-
Mail Awal Matahari (MM)
sin MM = sin (sin
TM x sin 230 26'40")
= 150 32' 0.57"
Arah Utara (mengikuti TM)
-
Nisfu Qausin Nahar Matahari (NQNM)
Perselisihan
Arah : Cos NQNM = tan LT x tan MM
– sec LT x sec MM x sin 1013'
( Daqoiq Tamkiniyah )
Cocok : Cos NQNM =
-(tan LT x tan MM + sec LT x sec MM x sin 10
13')
NQNM = 890
8' 5.29"
-
Qausul Baqi Matahari (QBM)
Sin QBM = cos TM /
cos MM = 500 8'
14.39"
-
Matholiul Falaqiyah Matahari (MFM)
Jika TM = 000
– 900 Maka (
1800 –QBM )
Jika TM = 900
– 1800 Maka (
1800 + QBM) =
2300 8' 14.39"
Jika TM = 1800
– 2700 Maka
(3600 – QBM)
Jika TM = 2700
– 3600 Maka (
Tetap )
-
Matholiul Ghurub Matahari (MGM)
MGM = MFM + NQNM
= 3190 16' 19.60"
-
Mail Bulan 2 (MB2)
Tan MB2
= sin TB x tan 230
26' 40" = 140
54' 26.75" Arah Utara (mengikuti TB)
-
Ardul Bulan Juz`I (ABJ)
Sin ABJ = sin HU x
sin 50 = 30
22' 1.42" Arah Selatan (Mengikuti HU/Dalil Khomis)
-
Ardul Bulan Mu`addal (ABM)
-
Bila Arahnya cocok, ABM = ABJ + MB2 -
Bila selisih bilangan yg besar dikurangi yg kecil (Arahnya mengikuti yg lebih Besar)
ABM = 110
32' 25.33" Arah Utara
-
Bu`dul Qomar 1 (BQ1)
Sin BQ1
= cos 230 26' 40"
x sin ABM / cos MB2
Arahnya Mengikuti ABM
BQ1
= 100 56' 56.47"
Arah Utara (Mengikuti ABM)
-
Nisfu Qausin Nahar Bulan (NQNB)
Perselisihan
Arah : cos NQNB = tan LT x tan BQ1
– sec LT x sec BQ1
x sin 10 13'
Sesuai Arah : -cos
NQNB = tan LT x tan BQ1
+ sec LT x sec BQ1
x sin 10 13'
NQNB = 890
45' 41.24"
-
Mail Bulan 1 (MB1)
Sin MB1
= sin TB x sin 230
26' 40" = 140
8' 13.14" Arah Utara (Mengikuti TB)
-
Bu`dul Qomar 2 (BQ2)
BQ2
= ( MB1 + BQ1
) /2 = 120 32'
34.8" Arah Utara (Mengikuti TB)
-
Qausul Baqi Bulan (QBB)
Sin QBB = cos TB /
cos BQ2 = 530
58' 06.9"
-
Matholiul Falakiyah Bulan (MFB)
Jika TB = 000
– 900 Maka (
1800 – QBB )
Jika TB = 900
– 1800 Maka (
1800 + QBB) =
2330 58' 06.9"
Jika TB = 1800
– 2700 Maka
(3600 – QBB)
Jika TB = 2700
– 3600 Maka (
Tetap )
-
Matholiul Ghurub Bulan (MGB)
MGB = MFB + NQNB =
3230 43' 48"
Jika
MGB lebih Kecil Dari MGM maka bulan di bawah Ufuq
-
Qausul Muksi (QM)
QM = MGB – MGM =
40 27' 28.54"
-
Fadlul Dair (FD)
Fd = NQNB – QM =
850 18' 12.7"
-
Irtifa` Bulan (IB)
Jika selisih
: sin IB = sin LT x sin BQ1
– cos LT x cos BQ1
x cos FD = 30 7'
3.61"
Jika cocok : sin IB
= sin LT x sin BQ1
+ cos LT x cos BQ1
x cos FD
-
Muksul Hilal (MH)
MH = ( QM + IB ) /2
x 00 4' = 00
15' 09.7"
-
Saat Maghrib Matahari (SMM)
Sin SMM = sin MM /
cos LT = 150 40'
35.6" Arahnya Utara (mengikuti MM)
-
Simtul Irtifa` Bulan (SIB)
Cos SIB = sin FD x
cos BQ1 / cos IB =
110 29' 33.3"
Arah Utara (mengikuti BQ1)
Keterangan : SIB
Utara / Selatan
-
Arahnya mengikuti LT, bila BQ1 arahnya sama dengan arahnya LT, dan IB bilangannya lebih kecil dari SIB -
Arahnya Tepat di Barat, bila bilangan IB sama dengan SIB -
Arahnya mengikuti arahnya BQ1, bila selain keterangan 1 + 2
-
Al – Mahfud (M")
M" = SIB –
SMM ( yg kecil dikurangi yg Besar,) = 40 11'
2.3"
-
Miring Bulan Terbit (MBT)
MBT= SIB – SMM =
(bila sama Arahnya, yg besar – yg kecil. + bila beda)= 4011'2.3"
-
Hilal terlentang :
a. bila SIB dan SMM
cocok arah dan bilangannya.
b. bila MBT tidak
sampai 10
-
Hilal Miring
-
Berlawanan dengan arahnya MM, jika SIB dan SMM cocok arahnya dan SMM bilangannya lebih besar. -
Mengikuti arahnya MM, jika tidak sama dengan keterangan a.
-
Hilal tegak lurus : bila IB kurang dari 2/3 SMM.
MBT= 40
11'.3" Miring ke selatan
-
Bu`dul Mutlaq (BQ)
BQ = TB – TM =
40 26' 10"
-
Cahaya Bulan (CB)
CB = BQ x 00
4' + ABJ yang Munhathon = 00
21'6.67"
KESIMPULAN :
Awal bulan Ramadhan
1431 : Rabu Legi 11 Agustus 2010 M.
Ijtima' : Selasa
Kliwon 10 Agus 2010 M.
Waktu Ijtima` :
10:26:35 WIS / 10:00:09 WIB
Azimut Matahari :
150 40' 35.6"
Utara titik barat
Arah hilal : di
Utara
Kemiringan : Miring
ke selatan
Tinggi Hilal : 30
7' 3.61"
Lama Hilal : 00
15' 09.7"
Cahaya Hilal : 1/3
Jari
Markaz Kitab :
Jepara, 6o36' LS /
110o40' BT
Markaz Garapan :
Pasuruan, 7o39'
LS/112o56' BT
Demikianlah
langkah-langkah hisab awal bulan Hijriyah dengan menggunakan kitab,
Nurul Anwar semoga bermanfaat, amin.
تمت هذه
الرسالة بعون الله تعالى وتوفيقه فى شهر
رجب 1431
هـ
، وقد كتبتها عاجلا في مدة يسيرة، والمرجوّ
ممن إطلع فيها على هفوة صغيرة اوكبيرة،
أن يصلحها.
وصلى
الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
، والحمد لله رب العالمين.
المفتقر إلى فيض
المنان
محمد رشدي
بن عبد الغنى
وينوغان
- باسروان
http://syangar.bodo.blogspot.co.cc
0 komentar:
Posting Komentar